Bisnis.com,JAKARTA—PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero) atau Indonesia Re menargetkan imbal hasil investasi sepanjang tahun ini bisa mencapai kisaran 8% atau lebih tinggi jika dibandingkan capaian tahun lalu yang berkisar 7%.
Direktur Utama Indonesia Re Frans Y. Sahusilawane mengatakan untuk meningkatkan imbal hasil investasi, pihaknya berencana menggenjot penempatan investasi pada instrumen obligasi korporasi khususnya yang diterbitkan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di bidang infrastruktur, dan meningkatkan porsi investasi pada instrumen reksadana.
“Dalam memilih penempatan investasi kami cenderung mengutamakan asas kehati-hatian dan keamanannya, dan kedua instrumen itu memenuhi kriteria. Selain itu, yield yang ditawarkan cukup menarik, makanya kami targetkan imbal hasil investasi tahun ini bisa di kisaran 8%,” kata Frans, Selasa (28/2/2017).
Menurutnya, peningkatan investasi pada instrumen obligasi korporasi yang diterbitkan BUMN di bidang infrastruktur juga dilakukan untuk memenuhi ketentuan terkait batas minimum investasi pada instrumen Surat Berharga Negara (SBN) sesuai ketentuan regulator dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan atau POJK No.1/2016 tentang Investasi Surat Berharga Negara Bagi Lembaga Jasa Keuangan Non Bank.
Beleid itu menyebutkan bahwa perusahaan reasuransi wajib memenuhi batas minimum investasi pada instrumen SBN sebesar 10% pada akhir 2016. Kemudian, porsinya ditingkatkan menjadi 20% pada akhir 2017.
OJK telah memberikan kelonggaran dalam pemenuhan batas minimum investasi SBN dengan menerbitkan POJK No.36/2016 tentang Perubahan Atas POJK No.1/2016. Berdasarkan peraturan tersebut, lembaga jasa keuangan non bank diperkenankan memenuhi ketentuan batas minimum investasi SBN dengan melakukan penempatan investasi pada obligasi dan/atau sukuk yang diterbitkan oleh BUMN, BUMD, atau anak perusahaan dari BUMN yang penggunaannya untuk pembiayaan infrastruktur.
“Saat ini porsi investasi SBN kami belum mencapai 20%, tetapi kami berkomitmen untuk memenuhi ketentuan yang ditetapkan regulator, salah satunya dengan meningkatkan investasi lewat obligasi yang diterbitkan BUMN infrastruktur,” ujarnya.
Lebih lanjut, Frans mengungkapkan pada tahun lalu total investasi perusahaan mencapai kisaran Rp3,5 triliun. Pada tahun ini, total investasi diproyeksikan meningkat menjadi Rp3,8 triliun. Menurutnya, penempatan investasi terbesar pada tahun ini masih akan berada pada instrumen deposito yang porsinya diperkirakan akan berada pada kisaran 50% lebih, karena perusahaan membutuhkan instrumen investasi yang likuid untuk pembayaran klaim.
Sepanjang 2017, Indonesia Re mematok target pertumbuhan premi bruto sekitar 27,66%. Pihaknya memperkirakan mampu meraup premi stand alone senilai Rp6 triliun setelah merealisasikan pendapatan senilai Rp4,7 triliun pada 2016.
Untuk target konsolidasi, artinya meliputi pendapatan anak usaha, yakni PT Reasuransi Syariah Indonesia (ReIndo Syariah) dan PT Asuransi Asei Indonesia, perusahaan reasuransi nasional raksasa itu mematok target premi sebesar Rp7 triliun. Dengan begitu, target tersebut bertumbuh sebesar 34,62% sebab sepanjang 2016 premi konsolidasi tercatat senila Rp5,2 triliun.
Sementara itu, Direktur Indonesia Re Kocu Hutagalung menyatakan untuk merealisasikan pengembangan bisnis dan meningkatkan kapasitas perusahaan dalam menampung pertanggungan risiko, pihaknya menargetkan adanya suntikan dana senilai Rp600 miliar dalam bentuk obligasi wajib konversi atau mandatory convertible bond (MCB) dari empat BUMN dapat direalisasikan pada kuartal II/2017.
Keempat BUMN yang dimaksud ialah PT Tabungan Asuransi Pensiun (Taspen), Perum Jaminan Kredit Indonesia (Jamkrindo), PT Jasa Raharja (Persero) dan PT Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Persero).