Bisnis.com, JAKARTA — Secara keseluruhan terdapat tiga provinsi di luar Pulau Jawa yang berhasil menghimpun dana murah berupa tabungan paling banyak.
Sumatra Utara memang jadi provinsi penghimpun tabungan terbanyak untuk wilayah non-Jawa. Tapi provinsi ini bukan satu-satunya. Ada pula Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) dan Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel).
OJK mencatat, tahun lalu Kaltim berhasil menghimpun tabungan rupiah senilai Rp37,8 triliun dan valas Rp2,7 triliun. Berbeda dengan Sumut yang membukukan pertumbuhan relatif kencang, Kaltim stagnan. Pasalnya pada 2015, provinsi ini menghimpun Rp37,1 triliun untuk tabungan rupiah dan Rp2,5 triliun tabungan valas.
Adapun Sulawesi Selatan berhasil menghimpun tabungan rupiah Rp43,8 triliun pada tahun lalu, valas Rp1,2 triliun. Perolehan ini mirip seperti Kaltim alias relatif sama seperti realisasi 2015. Kala itu tabungan rupiah di bank umum yang terkumpul Rp41,3 triliun sedangkan valas Rp1 triliun.
Direktur Consumer Banking BNI Anggoro Eko Cahyo berpendapat, perbaikan ekonomi yang terpengaruh pulihnya sektor komoditas terutama tambang dan perkebunan bukan faktor tunggal banyaknya tabungan yang berhasil dihimpun. Pasalnya, dari pihak bank sendiri terbilang agresif membuka outlet di provinsi-provinsi tersebut.
“[Selain pembukaan outlet] tentu program literasi keuangan oleh bank, termasuk BNI, yang didukung oleh OJK juga berandil dalam penghimpunan dana pihak ketiga terutama tabungan,” ucapnya kepada Bisnis, Rabu (1/3/2017).
Sementara itu, Direktur Konsumer PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Sis Apik Wijayanto turut membenarkan bahwa Sumut, Kaltim, dan Sulsel merupakan daerah penghimpun dana murah terbanyak di luar Pulau Jawa.
“Kalau CASA [dana murah] di daerah tersebut iya, tinggi. Ada beberapa faktor sehingga di daerah tersebut lebih tinggi,” tuturnya kepada Bisnis secara terpisah.
Berdasarkan Statistik Pebankan Indonesia yang dipublikasikan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) diketahui, total penghimpunan dana murah berupa tabungan rupiah di Sumatra Utara (Sumut) pada tahun lalu sejumlah Rp75,3 triliun dan Rp4,8 triliun untuk valuta asing.
Jumlah tersebut menunjukkan pertumbuhan positif sebesar 10,9% dari Rp67,9 triliun pada 2015 untuk tabungan rupiah. Sementara itu, untuk tabungan dalam bentuk valuta asing mengalami penurunan sebesar 4% dari Rp5 triliun.