Bisnis.com, JAKARTA -- PT Bank DBS Indonesia menargetkan akan menjamah enam sektor usaha dalam pengembangan bisnis sektor institutional banking. Segmen itu terdiri dari korporasi dan usaha kecil dan menengah.
Vice President Director Bank DBS Indonesia Peter Suwardi mengatakan, perseroan akan fokus pada enam sektor usaha yang terdiri, barang konsumsi, perkebunan, otomotif, perdagangan ritel dan grosir, kimia dan farmasi, dan penunjang infrastruktur.
"Kami masuk ke infrastruktur sebagai upaya mendukung program pemerintah, sedangkan fokus pada sektor barang konsumsi dan perdagangan ritel serta grosir juga karena memiliki tingkat keberlanjutan yang sangat tinggi," ujarnya, Rabu (11/10/2017).
Adapun, untuk institusional banking sepanjang paruh pertama tahun ini, perseroan menyalurkan kredit jangka panjang kepada sektor telekomunikasi dan perkebunan kelapa sawit.
Perseroan juga ikut menyalurkan kredit sindikasi pada minyak dan gas, serta sektor finansial nonbank. Di luar penyaluran kredit, perseroan juga membantu dalam proses pencarian dana korporasi di pasar modal atau debt capital market (DCM) pada sektor telekomunikasi dan real estate. Lalu, juga membantu penerbitan global bond untuk korporasi sektor energi dan manufaktur-tekstil.
Selain itu, perseroan mendukung penerbitan saham perdana atau initial public offering (IPO) salah satu korporasi di bidang manufaktur-furnitare pada paruh pertama kemarin. Korporasi itu yakni, PT Integra Indocabinet Tbk. Lalu, pada sektor e-commerce dan real estate juga ada yang menjadi nasabah cash management perseroan.
Sampai semester I/2017, Bank DBS Indonesia mencatatkan penurunan kredit sebesar 0,06% menjadi Rp40,57 triliun dibandingkan dengan periode sama pada tahun lalu.
Dari segi dana pihak ketiga (DPK) mengalami kenaikan sebesar 13,43% menjadi Rp44,93 triliun. Perseroan mencatatkan pertumbuhan pendapatan bunga bersih sebesar 17,54% menjadi Rp1,48 triliun dibandingkan dengan periode sama pada tahun lalu, sedangkan untuk laba bersih naik sebesar 33,29% menjadi Rp463,63 miliar.