Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank DKI memastikan bahwa pihaknya akan meningkatkan porsi kredit kepada pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM secara bertahap.
Direktur Risiko Bisnis Bank DKI Antonius Widodo mengatakan, tak mengapa jika pentahapan yang dilakukan perseroan melebihi batas waktu yang ditetapkan Bank Indonesia. Pasalnya, bank sentral menginginkan ke depan minimal porsi kredit UMKM sebesar 20% dari total portofolio.
“Kami harus bertahap tingkatkan porsi kredit UMKM itu, tidak apa-apa kalau kami kena denda lebih dulu. Kami ingin tumbuh dengan berkualitas,” ucapnya kepada Bisnis, di Jakarta, belum lama ini.
Guna memperbesar porsi kredit UMKM maka bank pembangunan daerah tersebut akan fokus kepada targeted nasabah, seperti pedagang pasar di lokasi yang dikelola oleh PD Pasar. Jika nasabah UMKM yang dibidik sporadis dikhawatirkan justru berujung kepada penaikan rasio kredit bermasalah.
Bank DKI mengakui bahwa kredit UMKM yang disalurkan hingga kini masih di bawah 10% dari total portofolio pinjaman. Antonius mengatakan, kondisi ini terpengaruh dari awal konsentrasi BPD memang kepada kredit konsumer.
“Aslinya memang semua BPD itu fokusnya kepada kredit pegawai atau konsumer. Tapi sekarang kami terus berusaha meningkatkan porsi kredit produktif seperti ke UMKM dengan membangun jaringan di pusat UMKM, seperti pasar,” ujar dia.
PT Bank DKI mengaku tidak mudah memacu kinerja penyaluran kredit mikro, kecil dan menengah di ibu kota. Kendati demikian, perseroan tak menyerah maka dilakukanlah pembangunan infrastruktur kantor fungsional di berbagai titik di ibukota.
Direktur Utama Bank DKI Kresno Sediarsi mengatakan, pihaknya gencar melakukan penambahan point of sale di berbagai pasar di DKI Jakarta. Saat ini, sudah terbangun hampir 60 kantor fungsional alias semacam point of sale Bank DKI di pelosok pasar tradisional.
“Tantangannya dalam memperbesar kredit mikro, selain karena kami sendiri belakangan masuk ke segmen ini juga bagi BPD secara umum adalah masih kurangnya kompetensi SDM serta sistem manajemen dalam mengatur debitur mikro,” ucapnya kepada Bisnis.
Kresno menyatakan, per November tahun ini pihaknya membukukan penyaluran kredit mikro sekitar Rp420 miliar. Guna memperbesar nilai ini maka Bank DKI akan terus menambah jumlah point of sale perseroan di berbagai pasar tradisional di DKI Jakarta.
Secara keseluruhan, penyaluran kredit Bank DKI per kuartal ketiga tahun ini mencapai Rp25,6 triliun atau naik 4,18% (yoy). Adapun, untuk rasio kredit bermasalah yang dimiliki bank pembangunan daerah ini masih di kisaran 4,74%.
“[Untuk memacu kredit mikro] perlu membangun kelengkapan infrastruktur seperti kantor fungsional di tempat calon debitur, seperti pasar,” ucap Kresno.