Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BTN dan Bank Dinar Enggan Manfaatkan GWM Averaging

Bank Indonesia berusaha mendorong pelonggaran likuiditas lewat kebijakan Giro Wajib Minimum (GWM) primer sebesar 6,5% dengan sistem averaging.

Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia berusaha mendorong pelonggaran likuiditas lewat kebijakan Giro Wajib Minimum (GWM) primer sebesar 6,5% dengan sistem averaging.

Bahkan persentase GWM yang dihitung dengan sistem averaging akan ditambah dari 1,5% menjadi 2% dari dana pihak ketiga (DPK) rupiah. Artinya, GWM yang wajib dipenuhi dari DPK harian berkurang menjadi hanya 4,5%, sisanya (sebesar 2%) dipenuhi secara rata-rata dalam periode waktu tertentu.

Regulasi tersebut dinilai akan berdampak positif bagi perbankan secara umum. Namun, tak semua bank ternyata memanfaatkan sistem rerataan tersebut.

Beberapa bank mengaku tetap menjaga GWM harian di level 6,5%, salah satunya PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk dan PT Bank Dinar Tbk.

Direktur Keuangan dan Treasury BTN Iman Nugroho Soeko beralasan likuiditas perseroan acap kali tak berbeda jauh dengan pasar.

“GWM rata-rata memberikan fleksibilitas dalam menjaga GWM. Hanya saja untuk BTN, historisnya kalau likuiditas pasar ketat, likuiditas BTN juga ketat. Kalau market longgar, BTN juga longgar, jadi mengikuti pasar. Sehingga, untuk BTN ya sepanjang waktu kami usahakan GWM di 6,5%,” kata Iman kepada Bisnis, belum lama ini.

Sebagai gambaran, nominal nilai GWM BTN per akhir Desember 2017 mencapai Rp12,6 triliun. Jumlah tersebut cukup besar lantaran total DPK rupiah bank spesialis kredit perumahan itu mencapai Rp193 triliun.

Pada kesempatan terpisah, Direktur Utama PT Bank Dinar Tbk. Hendra Lie mengatakan hal senada. Meski pelonggaran GWM averaging dipandang baik, pihaknya tak memanfaatkan relaksasi tersebut.

“Kalau untuk Bank Dinar rata-rata GWM tidak besar, sehingga kami langsung menjaga GWM primer di atas 6,5%. Kami jarang memanfaatkan averagingnya,” kata Hendra kepada Bisnis.

Hendra mengatakan, dari segi nominal, tambahan kelonggaran likuiditas yang didapat dari sistem rerataan 1,5% tidak terlalu signifikan untuk dimanfaatkan di pasar uang.

“1,5% itu tidak besar untuk nilainya. GWM prime kami sekitar Rp128 miliar,” tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper