Bisnis.com, JAKARTA - Banyak nasabah yang menumpahkan kekesalan lantaran rekeningnya diblokir oleh bank karena penggantian ke kartu chip. Kekesalan itu semakin bertambah karena pemblokiran dilakukan saat akhir bulan dan tanggal gajian.
Pada masa-masa tersebut, biasanya uang tunai sudah mulai habis dan uang yang tersisa di dalam tabungan untuk kebutuhan transaksi kian menipis.
Banyak nasabah yang menumpahkan kekesalan lantaran rekeningnya diblokir oleh bank karena penggantian ke kartu chip. Kekesalan itu semakin bertambah karena pemblokiran dilakukan saat akhir bulan dan tanggal gajian.
Pada masa-masa tersebut, biasanya uang tunai sudah mulai habis dan uang yang tersisa di dalam tabungan untuk kebutuhan transaksi kian menipis.
Rini Siallagan, seorang dokter di rumah sakit swasta di Bali, misalnya. Perempuan 28 tahun itu kebingungan pada Sabtu (24/3) tatkala mendapati seluruh tabungannya yang ada di bank BUMN, yakni PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk., dan PT Bank Mandiri Tbk. diblokir tanpa ada pemberitahuan sebelumnya.
Selain harus menahan malu, Rini juga kesal karena sempat mencoba mendatangi sejumlah ATM di lokasi yang berbeda, tetapi hasilnya tetap sama. Akhirnya dia menyadari bahwa kartu ATM-nya diblokir sepihak oleh bank karena diduga datanya diretas pihak lain.
Baca Juga
“Ini sangat mengganggu soalnya dilakukan tiba-tiba dan tidak dapat pemberitahuan. Aku tahu pas mau menarik ATM dan bahkan sudah sempat mau berbelanja di depan kasir, jadi rasanya malu,” katanya saat berbincang dengan Bisnis, Senin (26/3/2018).
Meski mengaku tidak pernah sampai kehilangan dana, kasus skimming dan pemblokiran tersebut membuatnya merasa tidak nyaman.
“Sebenarnya ini kisah klasik bahwa setiap sistem bisa diretas, tapi pemblokiran besar-besaran ini luar biasa memalukan buat sebuah lembaga sebesar bank milik negara. Kalau sering-sering ada skimming dan diblokir, itu kesannya tidak profesional,” ujarnya.
Kondisi yang serupa juga dialami oleh Tri Ariyono Maelite. Karyawan swasta di Jakarta tersebut memiliki kartu ATM produk bank BUMN yang belum menggunakan teknologi chip.
“Tulisan di ATM, kartu tidak dapat digunakan. Besoknya ketika ke bank, kata customer service ATM-ku sengaja diblokir karena ada pihak tidak berwenang yang tahu data-dataku. Tapi tidak ada notifikasi sebelumnya,” katanya.
Kejadian pada hari Minggu itu membuatnya batal menarik uang dan harus menunggu hari berganti sebelum mendatangi kantor cabang bank untuk mengganti kartu.
Eveline Karlina (23 tahun) seorang guru swasta di Jakarta, juga mengalami hal yang sama. Bedanya, dia mengaku sempat mendapat SMS imbauan dari pihak BRI untuk mengganti PIN untuk meningkatkan keamanan.
Namun, karena jarang menggunakan kartu BRI untuk bertransaksi di ATM, imbauan tersebut belum sempat lakukan.
“Hari Sabtu, kebetulan memang enggak ada uang di ATM yang satunya, jadi aku pakai kartu BRI mau tarik tunai, tapi ada tulisan ‘transaksi gagal, silahkan hubungi kantor BRI terdekat’. Aku kira mesinnya yang rusak, jadi coba di 5 mesin lain milik ATM BRI dan ATMLink tapi kondisinya tetap sama,” katanya.
Di tengah kebingungan, Eve lantas menghubungi BRI lewat media sosial Twitter. Setelah berkali-kali menghubungi call center BRI, dia mendapati informasi bahwa pemblokiran tersebut harus diurus kembali ke kantor cabang.
Meski pemblokiran bisa dibuka lewat aplikasi mobile banking, menurutnya, hal itu tidak membantu karena hanya bersifat sementara.
Maraknya kasus skimming kartu rekening nasabah membuat perbankan mempercepat migrasi kartu debit dari yang menggunakan magnetic stripe menjadi bentuk chip.
MELINDUNGI NASABAH
Sejak akhir pekan lalu, BRI terus melakukan penggantian kartu ATM nasabah yang terindikasi skimming. BRI meminta agar para nasabah yang mendapatkan pesan singkat dari perseroan untuk segera mendatangi kantor cabang terdekat dan melakukan penggantian kartu secara gratis.
Corporate Secretary Bank BRI Bambang Tribaroto mengungkapkan, pemblokiran kartu dilakukan hanya pada kartu yang terindikasi skimming sebagai tindakan preventif untuk melindungi dana nasabah. Hingga Senin siang (26/3) seluruh kantor cabang BRI masih melayani permintaan tersebut.
“Sejak hari Jumat kami sudah melayani pergantian kartu ATM, dan pada akhir pekan kami juga membuka layanan khusus terkait pergantian kartu,” ujarnya lewat keterangan tertulis, Senin (26/3/2018).
BRI menonaktifkan sebagian kartu nasabah yang diduga pernah digunakan untuk bertransaksi di lokasi ATM yang diindikasikan terkena skimming. Perseroan mengutamakan pergantian kartu ATM secara gratis bagi nasabah yang mendapatkan pemberitahuan pemblokiran kartu melalui SMS blast/SMS notifikasi.
“Untuk nasabah yang tidak mengalami pemblokiran kartu ATM ataupun tidak mendapatkan SMS notifikasi, dapat kami pastikan kartu ATM BRI mereka aman dan tidak perlu bagi nasabah untuk datang ke unit kerja BRI dan mengganti dengan kartu ATM yang baru,” imbuhnya.
Bambang juga menyampaikan permohonan maaf kepada nasabah apabila kenyamanan para nasabah terganggu dalam proses melakukan pergantian kartu ATM yang terblokir di unit kerja BRI.
“Bagi para nasabah yang telah mengganti nomor ponsel, kami juga menghimbau agar segera mendatangi unit kerja BRI untuk memperbarui data pribadi berupa nomor handphone agar dapat menerima SMS Blast atau SMS Notifikasi Bank BRI di masa yang akan datang,” ungkap Bambang.
BRI menekankan agar nasabah tidak panik dan tidak harus datang ke unit kerja BRI untuk mengganti kartu, jika nasabah tidak menerima SMS notifikasi karena kartu nasabah tersebut dipastikan aman dan kartu tersebut masih dapat digunakan seperti biasa.
Sebagai informasi, kasus skimming dilaporkan menimpa sejumlah bank seperti di BRI. Kasus tersebut mencuat beberapa waktu lalu akibat laporan nasabah BRI di Kediri. BRI memberikan ganti rugi sebesar Rp145 juta kepada 33 nasabah.
Tak hanya BRI, nasabah Bank Mandiri juga mengalami kasus skimming. Bahkan nilai kerugian nasabah dilaporkan lebih besar. Dalam sejumlah pemberitaan, manajemen Bank Mandiri menyatakan total ganti rugi yang diberikan mencapai Rp260 juta.
Corporate Secretary Bank Mandiri Rohan Hafas menyatakan tidak ada rekening yang diblokir. "Kami tidak melakukan hal tersebut, tidak ada rekening yang diblokir," ujarnya.
Namun, Direktur Bank Mandiri Rico Usthavia Frans mengatakan, jika ada rekening yang diblokir, sebaiknya datang ke kantor cabang. "Kalau rekening di blokir, bisa Kontak ke cabang terdekat atau call 14000," katanya.
MIGRASI KARTU
Bank Indonesia meminta kepada bank yang nasabahnya menjadi korban kejahatan skimming untuk mempercepat proses penggantian kartu debit dari strip magnetik menjadi chip.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Agusman mengatakan, pihaknya sudah mengumpulkan sejumlah bank yang terkena kasus skimming untuk segera melakukan migrasi kartu berbasis chip.
"Perbankan kami minta untuk percepat implementasi chip karena yang dalam ketentuan adalah batas paling lambat. Bank yang terkena skimming tentu harus lebih cepat," katanya kepada Bisnis, Senin (26/3).
Agusman enggan merinci kapan batas waktu yang diberikan kepada bank-bank tersebut. Namun, Direktur Marketing PT Rintis Sejahtera Suryono Hidayat yang turut hadir dalam pertemuan pekan lalu mengatakan, beberapa bank menyanggupi untuk menuntaskan migrasi sebelum Desember 2019.
Jika mengacu pada ketentuan BI tentang NSICCS (National Standar Indonesian Chip Card Specification), pemenuhan kartu chip dilakukan secara bertahap. Pada 2019 BI menargetkan 30% dari total kartu ATM atau kartu debit yang beredar sudah harus menggunakan teknologi chip.
Sedangkan pada 31 Desember 2021 ditargetkan seluruh kartu sudah berganti menggunakan chip. Kepala Departemen Sistem Pembayaran BI Onny Wijanarko menyebut jumlah kartu debit yang beredar saat ini sebanyak 140 juta keping.
Tentu dengan kejadian peristiwa ini bisa menjadi pengalaman berarti bagi bank agar nasabah tidak kembali resah. Pasalnya, pembobolan dana lewat skimming terus terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Migrasi adalah kunci untuk mengatasi pembobolan dana.