Bisnis.com, JAKARTA — Tren penyaluran kredit perbankan mulai bergeser ke debitur korporasi karena kreditur level menengah sedang dirundung kredit bermasalah.
Pergeseran penyaluran kredit menjadi topik utama headline koran cetak Bisnis Indonesia edisi Rabu 6 Juni 2018. Berikut laporan selengkapnya.
Dalam laporan Analisis Uang Beredar Bank Indonesia (BI), kredit yang disalurkan perbankan per April 2018 tumbuh 8,9% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Kecenderungan kenaikan tersebut didorong oleh peningkatan penyaluran kredit kepada debitur korporasi yang tumbuh 7,6% secara tahunan.
Pangsa pasar segmen korporasi mencapai 48,6% dari total kredit. Selain itu, segmen kredit perseorangan juga menjadi penopang kenaikan dengan pertumbuhan 9,6%.
Tren permintaan kredit korporasi pun diramalkan terus meningkat pada paruh kedua tahun ini karena rencana perbankan meningkatkan penyaluran kredit pada debitur kakap.
Kondisi ini mendorong sejumlah bank bersiap mengevaluasi rencana bisnisnya. Manajemen PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. misalnya, tengah mengevaluasi segmen kredit.
Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo menjelaskan perseroan akan melakukan relokasi sebagian portofolio kredit dari segmen menengah ke korporasi dengan pertimbangan pertumbuhan di segmen korporasi bergerak lebih cepat.
“Segmen korporasi di sektor infrastruktur, batu bara, telekomunikasi dan kelapa sawit mengalami permintaan yang cukup tinggi pada kuartal I/2018,” katanya di Jakarta, Senin (4/6).
Jumlah kredit bank pelat merah pada segmen korporasi skala besar pada kuartal I/2018 tumbuh 8,9% (yoy) menjadi Rp255,6 triliun. Adapun, segmen kredit menengah justru turun 7,2% (yoy) menjadi Rp141,7 triliun.
Corporate Secretary PT Bank Central Asia Tbk. Jan Hendra juga menyatakan kinerja kredit korporasi merupakan salah satu segmen yang menyumbang pangsa terbesar dari total kredit perseroan per Maret yang mencapai Rp470 triliun.
“Korporasi porsinya sekitar 38% dari total kredit per Maret, pertumbuhannya 17% secara tahunan, memang paling tinggi pertumbuhannya,” katanya.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja menyatakan perseroan tidak akan pilih-pilih segmen kredit meskipun kenaikan suku bunga acuan bertendensi memengaruhi kemampuan debitur dalam menyerap kredit.
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. juga mengambil langkah yang sama. Wakil Direktur Utama BNI Herry Sidharta mengatakan perseroan cenderung membidik nasabah kakap.
Kantor cabang bank asing pun tak mau kalah dengan memacu kredit korporasi untuk mengakselerasi pertumbuhan. Chief Financial Officer Standard Chartered Bank cabang Indonesia (SCBI) Anwar Harsono mengatakan segmen korporasi adalah salah satu kontributor terbesar dari total portofolio pembiayaan. Kredit pada segmen korporasi dan komersial SCBI meningkat sekitar 7% pada kuartal I/2018 dan ditargetkan dapat tumbuh hingga 12% pada akhir tahun 2018.
“Kami yakin nasabah yang memiliki kualitas baik juga lebih tangguh terhadap perubahan pasar yang terjadi, seperti kenaikan suku bunga,” ujar Anwar.
Presiden Direktur PT Bank Maybank Indonesia Tbk. Taswin Zakaria mengatakan pihaknya tidak akan menyalurkan kredit pada debitur yang memiliki risiko tinggi. Namun, dia tak menyebutkan sektor mana yang akan diprioritaskan.
“Maybank Indonesia tidak pernah mengambil kredit berisiko tinggi, tetapi hanya kredit dengan risiko yang terkalkulasi dengan jelas,” ujarnya kepada Bisnis.
TERUS TUMBUH
Sementara itu, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso optimistis penyaluran kredit dapat tumbuh pada level 10%-12% hingga akhir tahun kendati tingkat bunga bukan satu-satunya faktor yang memengaruhi kredit.
“Bagi pengusaha itu memang suku bunga murah lebih baik, tetapi bukan berarti kalau bunga naik menjadi beban bagi para nasabah. Nasabah biasanya punya kiat-kiat bagaimana dia kompetitif,” ujarnya, Senin (4/6) malam.
Regulator juga mendorong perbankan untuk tidak membebankan kenaikan biaya dana kepada nasabah dalam bentuk kenaikan bunga kredit.
Di pihak industri, Corporate Secretary PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. Suriadi berharap suku bunga kredit korporasi masih bisa kompetitif.
Sampai saat ini, pendanaan perseroan didominasi pinjaman perbankan. “Kami harap tidak dikenai bunga yang tinggi,” ujarnya.
Emiten dengan kode saham KRAS itu menggunakan kredit perbankan sebagai modal kerja dan pembelian bahan baku. Pada tahun ini, perseroan membidik pertumbuhan pendapatan sebesar 30% sejalan dengan proyeksi harga baja yang masih berada dalam tren positif.
Sepanjang kuartal I/2018, Krakatau Steel mencatatkan penjualan 607.130 ton atau naik 24,27% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Iswar Deni, Corporate Secretary PT Pan Brothers Tbk., mengaku perseroan masih menahan diri mengambil pinjaman bank. “Dana dan fasilitas sudah cukup. Dana dari PUT III saja masih sisa,” katanya.
Direktur Riset Center of Reform on Economy (CORE) Piter Abdullah memperkirakan pertumbuhan kredit pada tahun ini bisa lebih tinggi dibandingkan dengan tahun lalu. Hal ini disebabkan kenaikan harga komoditas baik pertambangan maupun perkebunan khususnya sawit.
“Perbaikan harga yang kemudian mendorong kembalinya kegiatan produksi pertambangan dan perkebunan merambat ke sektor-sektor lainnya. Dunia usaha mulai bergairah kembali dan memicu permintaan kredit, dibuktikan dengan pertumbuhan kredit April yang lebih tinggi dibandingkan Maret,” ujarnya.
Piter memperkirakan laju pertumbuhan kredit akan berlanjut pada kuartal II dengan adanya momentum Ramadan dan Lebaran, khususnya kredit konsumsi.
Namun, katanya, target pertumbuhan kredit sebesar 12% pada akhir 2018 masih sulit tercapai.
“Faktor kenaikan suku bunga kredit akan menghambat pertumbuhan penyaluran kredit, tetapi tidak akan besar."