Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perbankan 'Tarik Rem' Salurkan Kredit, Ini Tandanya

Perbankan lebih hati-hati salurkan kredit di 2025, dengan standar ketat pada kredit UMKM dan modal kerja. Pertumbuhan kredit juga melambat jadi 7,77% YoY.
Ilustrasi bank. /Freepik
Ilustrasi bank. /Freepik
Ringkasan Berita
  • Perbankan menunjukkan kehati-hatian dalam penyaluran kredit pada kuartal II/2025, dengan Indeks Lending Standard (ILS) positif sebesar 0,08.
  • Kebijakan penyaluran kredit yang lebih ketat terutama berlaku untuk Kredit UMKM, Kredit Modal Kerja, dan KPR/KPA.
  • Permintaan kredit baru meningkat pada kuartal II/2025 dengan Saldo Bersih Tertimbang (SBT) sebesar 85,22%, didorong oleh Kredit Modal Kerja dan Kredit Investasi.

* Ringkasan ini dibantu dengan menggunakan AI

Bisnis.com, JAKARTA - Perbankan terindikasi lebih hati-hati dalam menyalurkan kredit sepanjang kuartal II/2025. Kondisi ini diperkirakan berlanjut pada kuartal selanjutnya.

Survei Perbankan Bank Indonesia (BI) melaporkan standar penyaluran kredit pada kuartal II/2025 diindikasikan lebih berhati-hati dibandingkan dengan kuartal I/2025. Hal ini tecermin dari Indeks Lending Standard (ILS) yang positif sebesar 0,08.

"Kebijakan penyaluran kredit yang lebih berhati-hati antara lain terdapat pada aspek plafon kredit, premi kredit berisiko, agunan, dan persyaratan administrasi," demikian hasil Survei Perbankan BI yang dipublikasikan pada Rabu (23/7/2025).

Berdasarkan jenis kredit, Survei Perbankan BI juga mencatat standar penyaluran kredit yang lebih ketat didorong oleh kredit UMKM, kredit modal kerja, dan KPR/KPA.

Sementara, untuk kuartal III tahun ini diperkirakan kebijakan standar penyaluran kredit relatif sama, yang terindikasi dari ILS kuartal III/2025 sebesar 0,02.

"Kebijakan standar penyaluran kredit yang lebih selektif terjadi pada jenis Kredit Modal Kerja, Kredit UMKM, dan Kredit Investasi, sementara standar penyaluran Kredit Konsumsi dan KPR/KPA relatif lebih longgar," tulis Survei Perbankan BI.

Kebijakan penyaluran yang lebih ketat antara lain diperkirakan terjadi pada aspek premi kredit berisiko, suku bunga, dan jangka waktu kredit, sementara kebijakan penyaluran kredit yang lebih longgar terdapat pada aspek plafon kredit.

Adapun, pada kuartal II/2025 penyaluran kredit baru terindikasi meningkat dibandingkan dengan kuartal sebelumnya, meski lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama pada 2024.

Hal ini tecermin dari nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) permintaan kredit baru kuartal II/2025 sebesar 85,22%, lebih tinggi dari 55,07% pada kuartal I/2025 meski lebih rendah dari SBT 89,11% pada kuartal II/2024.

Pertumbuhan permintaan kredit baru tersebut didorong oleh Kredit Modal Kerja dan Kredit Investasi. Selanjutnya, pada kuartal III/2025, penyaluran kredit baru diprakirakan tetap tumbuh dengan prakiraan nilai SBT penyaluran kredit baru sebesar 81,71%.

Pertumbuhan Kredit

Pertumbuhan kredit perbankan juga dilaporkan semakin melambat, yaitu berada pada level 7,77% secara tahunan (year on year/YoY) pada Juni 2025.

Gubernur BI Perry Warjiyo menyebut bahwa laju pertumbuhan itu lebih rendah dari torehan per Mei 2025 yang sebesar 8,43% YoY. Realisasi ini juga melanjutkan perlambatan yang mulai pada Maret 2025.

Jika dirinci, pada Januari 2025, kredit masih tumbuh double digit sebesar 10,27% YoY dan Februari 2025 sebesar 10,30% YoY. Kemudian melambat mulai Maret 2025 sebesar 9,16%, dan berlanjut pada April dan Mei dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 8,88% dan 8,43%.

“Kredit perbankan pada Juni 2025 tumbuh sebesar 7,77% YoY, menurun dibandingkan dengan pertumbuhan Mei 2025 yang sebesar 8,43% YoY,” katanya dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, Rabu (16/7/2025).

Dia menjelaskan bahwa dari sisi penawaran, perkembangan ini dipengaruhi oleh perilaku bank yang cenderung berhati-hati dalam menyalurkan kredit. Hal ini terjadi di tengah simpanan atau dana pihak ketiga (DPK) yang tumbuh 6,96% YoY pada paruh pertama tahun ini.

Menurutnya, perkembangan tersebut mengakibatkan bank cenderung menempatkan pada surat-surat berharga dan meningkatkan standar penyaluran kredit.

Dari sisi permintaan, perkembangan kredit juga dipengaruhi oleh kegiatan ekonomi yang perlu terus didorong. BI juga menilai bahwa kredit sektor perdagangan, pertanian, dan jasa dunia usaha perlu ditingkatkan untuk mendukung pembiayaan ekonomi.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro