Bisnis.com, JAKARTA – PT Artajasa Pembayaran Elektronis akan segera membuka layanan switching untuk kanal pembayaran berbasis kode QR. Namun, rencana ini masih menunggu aturan standardisasi yang dijanjikan oleh Bank Indonesia.
Direktur utama Artajasa Bayu Hanantasena mengklaim, permintaan akan layanan tersebut saat ini sudah cukup banyak digunakan. Calon konsumen rata-rata berasal dari industri perbankan dan juga nonbank.
“Sekarang QR itu closed loop. Masing-masing punya standar sendiri. Nanti akan dibuat standar QR Indonesia. Nah, kalau sudah standar bisa open loop,” kata Bayu kepada Bisnis belum lama ini.
Open loop adalah sistem yang akan membuat kanal pembayaran dapat diakses oleh nasabah dari manapun. Sementara itu, closed loop sebaliknya.
Selain kode QR, perusahaan yang telah memperoleh izin sebagai lembaga switching domestik dalam program GPN ini juga baru saja meluncurkan sistem otentifikasi domestik untuk transaksi pembayaran dalam jaringan atau online dengan kartu debit.
Sebanyak 13 mitra pionir, yang terdiri dari bank penerbit kartu, toko, dan penyedia gerbang pembayaran (payment gateway) telah bergabung
Bayu mengatakan bahwa sistem tersebut sudah dikembangkan sejak 2016. “Pada 2017 sudah soft launch. Sekarang waktunya sudah tepat, setelah kartu debit GPN [Gerbang Pembayaran Nasional] resmi diluncurkan,” katanya.
Dia menjelaskan, sistem otentifikasi ini melengkapi layanan kartu debit GPN. Setiap nasabah bank yang telah menjadi mitra dapat menggunakan untuk keperluan pembayaran di jaringan dagang elektronik atau e-commerce.
Adapun, dari 13 mitra, delapan di antaranya adalah bank penerbit kartu yang tergabung dalam jaringan ATM Bersama, yaitu PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk., PT Bank Syariah Bukopin, PT Bank Syariah Mandiri, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk., PT Bank OCBC NISP Tbk., PT Bank DBS Indonesia, PT Bank Bukopin Tbk., dan PT Bank Papua.
Sementara itu, Mimopay, Rumah Zakat, dan Padiciti merupakan merchant dengan dukungan gerbang pembayaran Doku dan Faspay.
Otentifikasi akan mampu meningkatkan jumlah transaksi dalam jaringan. Sejauh ini hanya kartu kredit yang menyediakan layanan tersebut. “Tapi tidak banyak nasabah yang pakai kartu kredit,” tuturnya.
Dia melanjutkan, ke depan kebiasaan konsumen akan bergeser menuju transaksi dalam jaringan. Saat ini, hampir semua orang Indonesia sudah terbiasa dengan ponsel pintar. Penguatan infrastruktur telekomunikasi akan membuat masyarakat meninggalkan transaksi konvensional.
Adapun Bank Indonesia saat ini masih melakukan tahap uji coba terkait dengan penggunaan kode QR dan transaksi kartu debit dalam jaringan. Sebanyak 12 penyelenggara kode QR diajak berkerja sama. Hal ini masuk ke dalam peta jalan GPN.
“Kami mengkaji karena alat pembayarannya kan berbeda tidak seperti EDC [electronic data capture] untuk kartu debit dan kartu kredit,” kata Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran BI Onny Widjanarko.