Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mencegah Kantong Krisis Digerus Sakit Kritis

Banyak orang yang terkena penyakit kritis harus kehilangan ratusan juta bahkan miliaran rupiah untuk menyembuhkannya. Pengobatan untuk penyakit kritis sangat mahal dan biaya rumah sakit yang juga tinggi membuat orang untuk mencari solusi untuk meringankan.
Ilustrasi/thisisaustralia.com
Ilustrasi/thisisaustralia.com

Banyak orang yang terkena penyakit kritis harus kehilangan ratusan juta bahkan miliaran rupiah untuk menyembuhkannya. Pengobatan untuk penyakit kritis sangat mahal dan biaya rumah sakit yang juga tinggi membuat orang untuk mencari solusi untuk meringankan.

Berdasarkan AIA Healthy Living Index Survey 2018, sebesar 87% masyarakat Indonesia sangat mencemaskan biaya untuk pengobatan penyakit kritis. Dalam survei tersebut, penyakit yang dianggap akan menimbulkan dampak finansial yang serius adalah kanker yaitu sebesar 53%, penyakit jantung 47% dan diabetes 31%.

Lewat survei tersebut, responden menjawab untuk pengobatan penyakit seperti kanker, sebanyak 31% menyatakan mereka membayar menggunakan uang tabungan dan 28% melalui asuransi.

Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah RS Pondok Indah Puri Indah Johan Winata mengingatkan semakin banyak penyakit kardiovaskular, strok, dan kanker yang dialami masyarakat. Biaya yang harus ditanggung untuk menangani penyakit tersebut juga semakin mahal.

Salah satu contoh, katanya, biaya yang harus dikeluarkan untuk memasang satu ring guna melebarkan pembuluh darah koroner yang menyempit atau tersumbat pada jantung sebesar Rp80 juta–Rp150 juta.

“Itu hanya pemasangan ring saja, belum dengan penggunaan alat lainnya dan obat,” kata Johan ditemui di Jakarta.

Dokter sekaligus konsultan kardiologi itu mengatakan tidak jarang pasien dengan jantung koroner membutuhkan lebih dari satu ring untuk membuka penyumbatan area pembuluh darah.

Jadi, biaya yang dikeluarkan pun bisa berkali lipat lebih besar. “Pasien bisa mengeluarkan dana Rp200 juta-Rp250 juta untuk operasi pemasangan ring, ditambah dengan operasi, serta pengeboran pembuluh darah,” jelasnya.

Penyakit tidak menular tersebut memang tak kenal batas usia. Penyebabnya gaya hidup yang dijalani seseorang seperti kebiasaan merokok, makanan tidak sehat, tidak banyak aktivitas olahraga, dan riwayat penyakit keluarga.

Gaya hidup menjadi salah satu pemicu terbesar, seperti kebiasaan makan makanan cepat saji dan terlalu sibuk bekerja sehingga lupa untuk olahraga. Sayangnya, kebiasaan buruk itu masih terus dilakukan banyak orang, terutama anak muda. Alhasil, tak jarang kalangan muda pun sudah terserang penyakit kritis.

ASURANSI

Selain gaya hidup sehat, asuransi tertentu bisa Anda pilih untuk mengurangi risiko pengeluaran untuk sakit kritis. Perusahaan asuransi membuat sebuah produk yang dapat memberikan perlindungan berupa uang tunai sekaligus (lump sum) untuk para penderita sakit kritis.

Asuransi sakit kritis yang dapat memberikan uang pertanggungan dalam jumlah besar menjadi salah satu pilihan masyarakat ketika hendak membeli asuransi. Chief Marketing Officer AIA Financial Lim Chet Ming mengatakan pihaknya memberikan perlindungan terhadap 60 kondisi penyakit kritis mayor, termasuk kanker, serangan jantung, bedah angioplasti dengan tawaran premi yang terjangkau.

Dia mengatakan premi mulai dari Rp300.000 dengan masa pembayaran premi yang dapat dipilih melalui produk Proteksi Penyakit Kritis Maksima (Prima), misalnya dalam kurun 10 tahun atau 20 tahun, serta manfaat nilai tunai.

“Nasabah akan mendapat perlindungan hingga seumur hidup. Premi yang dibayarkan juga tetap berdasarkan usia masuk dan tidak berubah sepanjang masa pembayaran,” tambah Lim Chet Ming.

Sebelumnya Vice President of Life Operation PT Asuransi Jiwa Sequis Life Eko Sumurat meyakini kebutuhan akan proteksi penyakit kritis tahun ini akan terus tumbuh. “Kami memperkirakan kebutuhan akan asuransi kritis akan tetap diminati oleh masyarakat karena masyarakat semakin peduli akan kesehatan dan menyadari biaya pengobatan untuk penyakit kritis semakin tinggi,” kata Eko.

Dia memprediksi akan terjadi peningkatan pembayaran klaim penyakit kritis lantaran secara portofolio produk, terdapat kenaikan dalam total uang pertanggungan serta nasabah yang membeli asuransi jenis ini. Sepanjang 2017 saja, Sequis mencatat peningkatan jumlah pembayaran klaim penyakit kanker mencapai lebih dari 51%.

Pembayaran klaim penyakit kritis, lanjutnya, cenderung meningkat linear dengan biaya  pengobatan medis yang semakin tinggi sehingga perlu dilakukan secara intensif. Jika tidak diantisipasi dengan baik, kestabilan finansial keluarga akan terganggu. 

“Minat membeli asuransi ini meningkat di kalangan masyarakat baik yang sehat atau yang memiliki riwayat penyakit kanker pada keluarga sehingga mereka sadar bahwa penting memproteksi diri sejak dini,” ujarnya. 

Langkah antisipasi yang ditawarkan Sequis adalah produk pertanggungan penyakit kritis yang memberikan perlindungan menyeluruh sampai dengan 120 penyakit kritis. Nilai Uang Pertanggungan (UP) yang dijamin produk ini senilai Rp3 miliar atau US$300.000, atau 3 kali UP polis dasar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper