Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Permata Gandeng Fintech Salurkan Kredit UMKM

PT Bank Permata Tbk. memilih menggandeng perusahaan financial technology (fintech) guna menyalurkan kredit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
Jajaran direksi dan komisaris PT Bank Permata Tbk. seusai menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa di Jakarta, Selasa (25/9/2018). RUPSLB hari ini memiliki agenda tunggal yakni pergantian jajaran direksi. (Bisnis/Istimewa)
Jajaran direksi dan komisaris PT Bank Permata Tbk. seusai menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa di Jakarta, Selasa (25/9/2018). RUPSLB hari ini memiliki agenda tunggal yakni pergantian jajaran direksi. (Bisnis/Istimewa)

Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Permata Tbk. memilih menggandeng perusahaan financial technology (fintech) guna menyalurkan kredit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

Langkah ini diharapkan dapat menjangkau debitur yang lebih luas dan mempercepat pencapaian porsi kredit UMKM sebesar 20% yang sudah ditetapkan regulator.

Head of SME Product, Business Support & UORM Bank Permata Haryanto Suryonoto mengatakan khusus untuk penyaluran kredit UMKM, perseroan menggandeng PT Amartha Mikro Fintek sejak akhir tahun lalu.

Kolaborasi semacam ini diharapkan dapat memberdayakan UMKM melalui akses modal yang lebih fleksibel dan lebih mudah, serta memutar roda ekonomi lebih cepat sehingga menciptakan lapangan kerja baru dan mengentaskan tingkat kemiskinan.

"Porsi penyaluran kredit UMKM kami belum 20%, tinggal sedikit lagi. Saya tidak ingat persis angkanya, makanya kami gencarkan strategi kerjasama fintech ini. Sejauh ini baru dengan Amartha. Ke depan, tentu kami masih akan terbuka dengan fintech pembiayaan UMKM lain," paparnya, Selasa (11/12/2018).

Menurut Haryanto, melalui fintech seperti Amartha, perseroan dapat meningkatkan efisiensi operasionaI sehingga mudah menjangkau daerah-daerah pelosok dan memproses pengajuan pinjaman dengan Iebih cepat ke sektor produktif seperti UMKM. Sistem dan proses yang ditawarkan pun mudah dan aman, yaitu Amartha akan mereferensikan mitra pengusaha mikro yang sesuai dengan kriteria Bank Permata.

Selanjutnya, Bank Permata akan menentukan mitra UMKM yang dapat memperoleh fasilitas kredit. Dengan melalui proses skoring dari Amartha, diharapkan dapat membantu bank daIam meminimalisir peluang terjadinya Non Performing Loan (NPL) di kemudian hari.

Sebelumnya, perseroan optimistis prospek bisnis pada tahun depan akan lebih baik dibandingkan dua tahun ini. Alasannya, Bank Permata baru saja memperkuat fundamental perusahaan untuk menghadapi persaingan ke depan.

Direktur Utama Bank Permata Ridha DM Wirakusumah menilai akan lebih banyak infrastruktur yang selesai pada 2019 sehingga dapat menunjang perekonomian dalam negeri. Di samping itu, pemerintah telah berjanji akan melanjutkan pengembangan infrastruktur ke pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM).

Hal ini dipandang sejalan dengan rencana bisnis perseroan yang ingin turut membangun kualitas masyarakat di masa depan.

"Lalu, ada Pemilu. Saya justru menyambut dengan exciting, kita terbukti semakin matang dalam bernegara. Bandingkan saja dengan negara lain seperti Thailand yang hanya pernah satu Perdana Menteri-nya menyelesaikan jabatan, jadi ini nilai lebih Indonesia," tuturnya.

Dari sisi eksternal, Ridha mengakui Indonesia mesti tetap berhati-hati menghadapi segala ketidakpastian yang terjadi. Namun, porsi Indonesia dinilai masih kecil di tataran global.

Di sisi fungsi intermediasi, Bank Permata optimistis dapat merealisasikan pertumbuhan kredit yang lebih kencang dibandingkan tahun ini. Meski demikian, perseroan tetap memilih target moderat yakni di kisaran 10%-12% atau sama dengan target pertumbuhan industri.

"Kami sudah cukup membenahi fundamental dalam dua tahun ini sehingga tahun depan pasti akan lebih tinggi pertumbuhannya. Prinsipnya, kami tidak hanya lihat kenaikan tapi juga keamanan, karena tidak mau besar tapi buruk," tegasnya.

Hingga kuartal III/2018, bank dengan kode saham BNLI ini telah telah menyalurkan kredit sebesar Rp107 triliun atau tumbuh 15% dari realisasi pada periode yang sama tahun lalu yang senilai Rp92,8 triliun.

Pertumbuhan ini didorong kenaikan penyaluran pembiayaan ke sektor ritel dan grosir, masing-masing sebesar 14% dan 17% secara tahunan. Alhasil, pendapatan bunga bersih tumbuh 3% menjadi Rp4,2 triliun dari Rp4 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

Sayangnya, NPL per September 2018 ikut naik 10 bps menjadi 4,8% dari periode yang sama tahun lalu.

Hal itu pun berimbas pada pendapatan laba bersih perseroan yang merosot sebesar 38% menjadi Rp494 miliar dari Rp700 miliar pada kuartal III/2017. Ridha menerangkan penurunan ini terjadi karena perseroan sedang memperbaiki dana talangan untuk mengantisipasi tren kenaikan kredit bermasalah perseroan. 

"Kami masih dalam proses berbenah untuk memastikan bahwa provisi dibangun terus dari yang dulu. Kami dalam proses perbaikan diri sekitar 2-3 tahun ini, tetapi setiap ada uang kami tabung untuk provisi. Selalu begitu," tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Annisa Margrit
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper