Kecil, amis, dan berduri merupakan tiga hal yang membuat ikan bawis khas Bontang tidak terlalu populer di kalangan nelayan. Hasil tangkapan ikan jenis ini lebih sering dibuang atau dilepas kembali untuk pakan ikan lainnya karena dianggap tidak memiliki nilai ekonomi yang menjanjikan. Nienik Rakhmawati Zauharoh (41), seorang wanita kelahiran Jombang, tidak berpendapat sama.
Mengusung merk dagang Pak Ucil, ikan bawis serta kulit ikan bandeng yang dianggap limbah oleh para pengerik ikan berhasil diolah Nienik menjadi camilan khas dengan nilai jual yang menguntungkan. Dengan omzet senilai Rp. 15 juta perbulan, Pak Ucil mendulang pemasukan mencapai empat juta rupiah perbulan.
Keprihatinan akan bahan baku perikanan yang tidak terpakai dan terbuang begitu saja adalah alasan yang membuat Nienik menggeluti usaha aneka olahan hasil laut ini. Tantangan yang harus dihadapi Nienik saat memulai usaha adalah menemukan cara untuk menghilangkan bau amis pada ikan bawis. Setelah ratusan kali mencoba, hal tersebut berhasil diatasi dengan ramuan alami yang Nienik gunakan sampai sekarang.
Usaha yang dirilis Nienik tahun sejak 2010, legal secara hukum pada 2014. Dalam menjalankan kegiatan produksi, selain dibantu 3 pekerja wanita tidak tetap, Nienik juga melibatkan istri dari para nelayan dalam proses membersihkan ikan. Apa yang dilakukan Nienik menginspirasi para wanita di lingkungannya untuk ikut aktif mengolah aneka snack berbahan baku ikan bawis maupun hasil laut lainnya.
Produk-produk Pak Ucil juga didukung sertifikasi tambahan seperti sertifikat halal, sertifikat kelayakan dan pengolahan dari Kementrian Kelautan dan Perikanan, dan juga izin usaha perikanan.
Selain memproduksi aneka snack hasil olahan ikan seperti keripik ikan bawis, keripik kulit bandeng, dan teri crispy, Nienik juga menerima pesanan es krim kepiting, es kopyor kepiting, black forest ikan.
Produk-produk inovatif hasil pemikiran Nienik ini dibuat untuk membantu mengatasi masalah anak-anak yang tidak suka mengonsumsi hasil tangkapan laut seperti ikan dan kepiting. Diharapkan dengan mengabungkannya dengan makanan kesukaan anak-anak seperti es krim, blackforest, dan es kopyor, akan lebih menarik minat anak-anak.
Usaha Nienik juga mendapat dukungan dari Dinas Ketahanan Pangan, Perikanan, dan Pertanian Kota Bontang, Dinas Koperasi UKM dan Perdagangan Kota Bontang, dan Badak LNG. Bantuan yang diberikan meliputi pelatihan terkait tata kelola usaha, perizinan, peralatan usaha, hingga promosi dan pemasaran.
Kerja Keras Niniek di Apresiasi Citi Microentrepreneurship Awards
Niniek yang merupakan anggota Baitul Maal wat Tamwil Mitra Amanah, Bontang, mendapatkan penghargaan kategori Fishery di Citi Microentrepreneurship Awards 2017—2018.
Ajang penghargaan ini merupakan kegiatan tahunan dari Citi Indonesia atau dikenal sebagai Citibank Indonesia melalui payung kegiatan kemasyarakatannya yaitu Citi Peduli dan Berkarya (Citi PEKA). Kegiatan ini memberikan apresiasi atas kerja keras pengusaha mikro yang memiliki dampak positif di lingkungan masyarakat.
Setelah meraih penghargaan tersebut, Niniek mendapatkan berbagai hadiah, salah satunya adalah pelatihan dan pendampingan secara intensif di lokasi usahanya. Dari pelatihan tersebut Nienik mengaku menambah kepercayaan dirinya untuk bisa memperluas usahanya dengan bekerja sama dengan jaringan waralaba di wilayah Bontang, serta toko snack dan oleh-oleh di Balikpapan dan juga bandara. Saat ini beliau juga turut menerima mahasiswa PKL dari Universitas Mulawarman Samarinda & Universitas Brawijaya Malang di tempat produksinya dan mencoba untuk berbagi ilmu yang didapatkan dari pelatihan yang didapat.
Nienik berharap ke depannya keripik ikan bawis tak hanya dikenal oleh masyarakat Bontang namun juga kota lain. “Saya ingin kepirik bawis itu dikenal sebagai oleh-oleh khas daerah Bontang," ujar Nienik.
Untuk mengetahui cerita lengkapnya dan profil pemenang Citi Microentrepreneurship Awards dapat juga dilihat di www.cmaindonesia.id