Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pemangkasan Jumlah Bank, Bankir: Konsolidasi Jangan Dipaksakan

Rencana Otoritas Jasa Keuangan melakukan konsolidasi perbankan dengan mendorong bank kecil menginduk pada  bank besar mendapatkan resistensi. Mereka meminta agar konsolidasi terjadi secara alami.
Nasabah melakukan transaksi perbankan di Galeri  ATM, di Bandung, Jawa Barat, Senin (9/4/2018)./JIBI-Rachman
Nasabah melakukan transaksi perbankan di Galeri ATM, di Bandung, Jawa Barat, Senin (9/4/2018)./JIBI-Rachman

Bisnis.com, JAKARTA – Rencana Otoritas Jasa Keuangan melakukan konsolidasi perbankan dengan mendorong bank kecil menginduk pada  bank besar mendapatkan resistensi. Mereka meminta agar konsolidasi terjadi secara alami.

Manajemen PT Bank of India Indonesia atau BOI Indonesia menyatakan merger perlu disesuaikan dengan kebutuhan permodalan dan dengan rencana bisnis. “[Permodalan] masih cukup untuk perkembangan bisnis ke depan,” kata Direktur BOI Indonesia Ferry Koswara kepada Bisnis, akhir pekan lalu.

Lebih lanjut, Ferry menyampaikan, konsolidasi bank kecil sulit dipaksakan. Pasalnya, setiap bank kecil telah memiliki rencana bisnis masing-masing dan terbukti sejauh ini berjalan dengan baik. Selain itu, pencarian investor bukan perkara mudah.

Setiap aksi korporasi membutuhkan kesepakatan dari masing-masing pihak. Apabila terlalu banyak campur tangan regulator, dia khawatir malah berpotensi terjadi pertumbuhan bisnis yang tidak natural.

Presiden Direktur PT Bank Capital Indonesia Tbk. Wahyu Dwi Aji sebelumnya menyampaikan bahwa gagasan OJK pada prinsipnya bertujuan untuk mengurangi jumlah bank agar lebih efisien.

Menurutnya, ide tersebut sudah lama, tetapi bank melakukan konsolidasi sesuai dengan mekanisme dan kebutuhan pasar masing-masing. Apabila OJK mendorong konsolidasi dengan bentuk holding antara bank besar dan bank kecil, dia tidak yakin hal itu akan berhasil.

“Sebenarnya tidak mesti bank kecil ini diambil alih oleh bank besar. Seberapa besar bank itu yang penting kan bisa menyesuaikan dan mengikuti perkembangan asetnya,” katanya kepada Bisnis, belum lama ini.

Sementara itu, pada tahun lalu, hingga Oktober, bank yang memiliki modal antara Rp1 triliun hingga Rp5 triliun tampak tertatih menjalankan fungsi intermediasi. Portofolio kredit BUKU II secara tahunan sempat beberapa kali merosot dibandingkan dengan capaian tahun lalu.

Per Oktober BUKU II mencatatkan pertumbuhan kredit terbaik 8,1% yoy. Akan tetapi, masih jauh lebih rendah apabila dibandingkan dengan capaian industri perbankan yang membukukan sekitar 13% yoy.

Sejumlah BUKU II mengaku persaingan memperebutkan debitur dengan BUKU III menjadi persoalan. Direktur Utama Bank Victoria Ahmad Fajar mengatakan, hal itu membut bank kecil harus berhati-hati menyalurkan dana karena harus mencari debitur kualitas kedua.

Pengamat Perbankan Paul Sutaryono mengatakan, pada dasarnya gagasan regulator baik. Namun, prinsipnya hal itu tidak boleh mengganggu laju konsolidasi, yakni proses merger dan akuisisi perbankan nasional yang terjadi saat ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper