Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk. (BRI Agro) mengantisipasi kenaikan biaya operasional untuk memenuhi sejumlah pos anggaran pada tahun ini.
Direktur Utama BRI Agro Agus Noorsanto menuturkan bahwa pada tahun ini sebagian besar anggaran biaya telah disiapkan untuk keperluan peningkatan biaya tenaga kerja dan investasi untuk mendukung digitalisasi layanan.
Selain itu, ujarnya, perseroan juga akan menyiapkan pencadangan lebih besar dalam rangka penerapan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 71. Seperti diketahui, otoritas menetapkan bahwa PSAK 71 merupakan konsep penerapan CKPN dengan konsep expected loss agar perbankan lebih siap dalam menghadapi krisis (forward looking). Adapun, PSAK 71 akan berlaku efektif pada 1 Januari 2020.
“Mayoritas anggaran biaya perseroan dikeluarkan untuk keperluan kenaikan biaya tenaga kerja dan investasi digitalisasi,” ujarnya, Rabu (6/4/2019).
Agus mengutarakan perseroan akan berusaha untuk menjaga rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) di level 80% pada tahun ini. Guna mencapai target tersebut, perseroan akan meningkatkan produktivitas kredit dan aset treasury, meningkatkan kualitas kredit, dan efisiensi operasional melalui digitalisasi untuk menurunkan BOPO.
Namun demikian, Agus menyatakan BOPO pada kelompok BUKU II masih mungkin meningkat. Menurutnya, hal tersebut dapat terjadi sebab masih ada potensi kenaikan bunga simpanan yang berimbas ke penurunan margin bunga bersih (Net Interest Margin/NIM).