Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank BNI Syariah menargetkan dapat segera memenuhi kebutuhan modal inti menjadi minimal Rp5 triliun untuk dapat naik kelas ke kelompok Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) III pada tahun ini. Saat ini, modal inti perseroan telah mencapai Rp4,2 triliun. Dengan demikian, dibutuhkan tambahan modal senilai Rp800 miliar untuk mencapai target tersebut.
Direktur Bisnis SME dan Komersial BNI Syariah Dhias Widhiyati mengatakan bahwa salah satu strategi yang akan digunakan untuk meraih target modal tersebut melalui penawaran saham perdana public atau initial public offering (IPO).
“Strategi lainnya adalah penambahan modal secara organik dari pemegang saham,” ujarnya, Kamis (14/2/2019).
Menurut Dhias, pemegang saham telah menetapkan target agar BNI Syariah mampu membukukan laba bersih senilai Rpp868 miliar pada tahun ini. Laba tersebut seluruhnya akan dimanfaatkan untuk menambah permodalan hingga mencapai target untuk menjadi bank BUKU III.
"Padahal kami di RBB [Rencana Bisnis Bank] target laba bersih hanya Rp550 miliar. Intinya kami akan berjuang sampai akhir tahun biar jadi BUKU III. Paling mendekati memang dengan capital injection," katanya.
Selain target perolehan laba dan naik kelas, perseroan tahun ini juga menargetkan pertumbuhan aset sebesar 15%—9% secara tahunan (year on year/yoy).
Dari sisi fungsi intermediasi, BNI Syariah mematok pertumbuhan pembiayaan sebesar 16% pada tahun ini. Adapun, kualitas pembiayaan akan dijaga dengan baik, agar rasio pembiayaan bermasalah tidak melebihi 2,75%.
Untuk itu, tahun ini perseroan mencanangkan strategi quality growth atau tumbuh secara berkualitas baik kapabilitas organisasi maupun pembiayaan. Direktur Utama PT Bank BNI Syariah Abdullah Firman Wibowo mengatakan strategi tersebut dinilai relevan dalam kondisi yang dihadapkan pada sejumlah isu perekonomian yang berkembang saat ini baik secara domestik atau global.
Menurutnya, secara umum pada tahun ini perseroan akan meningkatkan ekspansi pembiayaan kepada sektor komersial secara selektif kepada nasabah yang memiliki tingkat risiko rendah seperti BUMN.