Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Bukopin Tunda Penerbitan Obligasi Rp2 Triliun

Bank Bukopin akan menunda penerbitan obligasi yang sedianya akan dilakukan pada semester I/2019 menjadi kuartal IV/2019. Guna mendukung ekspansi kredit, perseroan akan memanfaatkan modal yang ada dan laba ditahan dari tahun buku 2018.

Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Bukopin Tbk. akan menunda penerbitan obligasi yang sedianya akan dilakukan pada semester I/2019 menjadi kuartal IV/2019. Guna mendukung ekspansi kredit, perseroan akan memanfaatkan modal yang ada dan laba ditahan dari tahun buku 2018. 

Direktur Utama Bank Bukopin Eko Rachmansyah Gindo mengatakan saat ini rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) perseroan masih dalam kondisi yang aman, yakni 13,29%. Perseroan masih mampu menjalankan bisnis tanpa harus buru-buru mencari sumber pendanaan baru. 

"Aksi korporasi ini belum terburu-buru. Kami akan realisasikannya pada semester kedua, atau lebih tepatnya pada kuartal keempat," ucapnya seusai Rapat Umum Pemegang Saham, Rabu (22/5/2019). 

Berdasarkan perhitungan perseroan, CAR Bank Bukopin sudah tergolong aman jika telah melewati 12,5%. 

Lagi pula, dia menjelaskan perseroan saat ini sudah mendapat persetujuan dari pemegang saham untuk menahan laba tahun buku 2018. "Keputusan menahan laba ini membuat modal perseroan bisa lebih kuat," katanya. 

Sebelumnya, Bank Bukopin berencana merilis surat utang hingga mencapai Rp3 triliun. Penerbitan surat utang itu terdiri dari obligasi junior atau subdebt dan obligasi senior. Penerbitan subdebt dan obligasi senior bank berkode saham BBKP itu masing-masing sekitar Rp1 triliun—Rp1,5 triliun. 

Meski menunda aksi korporasi tersebut, Eko mengatakan perseroan masih akan optimistis untuk mengejar target pertumbuhan kredit 8% tahun ini guna memperkecil rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL). 

Perseroan akan lebih fokus pada kredit ritel yang berhubungan dekat dengan konsumsi masyarakat. Adapun, kredit tersebut adalah modal kerja untuk showroom dan pedagang pasar. 

Selain itu, perseroan juga masih akan mencari cara untuk meningkatkan kredit komersial. “Kinerja kredit komersial kami memang tidak terlalu tinggi tetapi ini akan kami tingkatkan juga. Kami akan mencari titik keseimbangan untuk kredit kami,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : M. Richard
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper