Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. berencana memacu penyaluran kredit korporasi lewat skema sindikasi khususnya untuk segmen infrastruktur.
Direktur Corporate Banking Bank Mandiri Royke Tumilaar menyatakan, strategi sindikasi memungkinkan perseroan memberikan kredit ke berbagai debitur dalam jumlah besar sekaligus membagi beban risiko.
"Saya maunya banyak sindikasinya, berharap bank-bank lain ikut sindikasi supaya bisa membiayai proyek besar dan supaya kita sharing risk, sama-sama ikut kontrol. Jadi formatnya nanti ke depan kebanyakan akan menuju sindikasi, baik untuk infrastruktur maupun korporasi swasta," katanya di Jakarta, belum lama ini.
Royke mengungkapkan Bank Mandiri mengincar sejumlah proyek termasuk refinery Pertamina yang diperkirakan membutuhkan dana hampir Rp30 triliun-Rp40 triliun. Adapun porsi minimum yang akan diambil Bank Mandiri, kata Royke, berkisar 10 persen-15 persen dari tiap nilai proyek.
Selain itu Bank Mandiri juga memiliki pipeline sindikasi untuk pembiayaan belanja modal sejumlah perusahaan pelat merah, salah satunya Telkomsel. "Saya kurang ingat pasti angkanya tapi mungkin butuh setidaknya lebih dari Rp10 triliun, Mandiri mungkin ikut Rp2 triliun. Signing-nya dalam waktu dekat," tambahnya.
Adapun, kredit sindikasi terbaru yang diberikan perseroan yakni ke PT PLN (Persero). Pada pekan terakhir April lalu, emiten bersandi BMRI ini bersama enam lembaga keuangan lain melakukan penandatangan perjanjian pendanaan investask senilai total Rp16,75 triliun. Dana sindikasi bertenor 10 tahun tersebut akan digunakan PLN untuk modal membangun gardu induk dan transmisi dalam mendukung program 35 GW.
Baca Juga
"[Porsi kredit] Mandiri lumayan gede, sekitar 20 persen. Kreditnya belum ditarik untuk capex tahun ini," kata Royke.
Selain itu, perseroan juga akan membuka peluang untuk ikut membiayai proyek- proyek infrastruktur seperti jalan tol, termasuk Tol Sumatra yang dikerjakan oleh badan usaha pelat merah. Adapun untuk proyek bandara dan pelabuhan, kata Royke, mayoritas sudah selesai.
"Kalau jalan tol masih banyak seperti di Kalimantan. Belum lagi kalau nanti pemerintah mau bangun memindahkan ibukota, ini tentunya akan bagus untuk mendorong ekonomi. Saya ingin [kredit sindikasi] Bank Mandiri jadi nomor 1 seperti tahun lalu, kalau kuartal awal 2019 angka booking belum banyak," paparnya.
Gencarnya pembangunan proyek infrastruktur pemerintah mengerek kredit sindikasi BMRI hingga tumbuh dua digit pada kuartal awal 2019.
Berdasarkan data laporan keuangan per Maret 2019, kredit sindikasi yang disalurkan perseroan tumbuh 37,6 persen year on year (YoY). Hingga Maret 2019, Bank
Mandiri telah menyalurkan kredit sindikasi Rp66,7 triliun, tumbuh 37,6 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kredit sindikasi tersebut sebagian besar disalurkan untuk pembiayaan proyek-proyek infrastruktur yang membutuhkan biaya yang relatif besar dengan masa peminjaman yang cukup panjang. Dari nilai tersebut, hampir separuhnya atau sekitar Rp31,6 triliun disalurkan pada proyek-proyek BUMN.
Sementara itu, total kredit yang disalurkan emiten bersandi BMRI tersebut untuk sektor infrastruktur mencapai Rp177,8 triliun hingga Maret 2019.
Dilihat dari subsektornya, kredit tersebut disalurkan kepada tujuh bidang utama yakni transportasi (Rp38,9 triliun), tenaga listrik (Rp35,6 triliun), migas dan energi terbarukan (Rp27,4 triliun), konstruksi (Rp20,5 triliun), jalan tol (Rp17,7 triliun), telematika (Rp16,8 triliun), perumahan rakyat dan fasilitas kota (Rp9,6 triliun), serta infrastruktur lainnya (Rp11,3 triliun).
Bank Mandiri termasuk salah satu bank yang cukup ekspansif dalam menyalurkan kredit dengan realisasi pertumbuhan sebesar 12,4 persen (YoY), di atas realisasi penyaluran kredit industri perbankan sebesar 11,5 persen per Maret 2019.