Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pertumbuhan Undisbursed Loan Cenderung Melambat

UL menunjukkan tren perlambatan dalam empat bulan pertama tahun ini dan diperkirakan akan terus berlanjut seiring dengan meningkatnya geliat ekonomi dan selesainya sengketa pemilihan presiden pada paruh kedua tahun ini.
Pekerja membersihkan menara BCA di Jakarta, Selasa (12/3/2019)./ANTARA-Sigid Kurniawan
Pekerja membersihkan menara BCA di Jakarta, Selasa (12/3/2019)./ANTARA-Sigid Kurniawan

Bisnis.com, JAKARTA— Fasilitas kredit yang belum ditarik nasabah atau undisbursed loan (UL) menunjukkan tren perlambatan dalam empat bulan pertama tahun ini.

Tren ini diperkirakan akan terus berlanjut seiring dengan meningkatnya geliat ekonomi dan selesainya sengketa pemilihan presiden pada paruh kedua tahun ini.

Berdasarkan data Statistik Perbankan Indonesia, UL pada April 2019 mencapai Rp1.564,95 triliun atau tumbuh 6,1% (year-on-year/yoy). Pertumbuhan tersebut tergolong lebih moderat dibandingkan dengan Januari 2019 yang pertumbuhannya mencapai 9,0% (yoy).

Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk. David Samual menuturkan geliat ekspansi dari pelaku usaha awal tahun ini cukup baik. Hal ini ditunjukkan dengan penyerapan kredit serta perlambatan UL.

Meski masih ada beberapa hambatan di beberapa sektor seperti pertambangan dan perdagangan internasional, menurutnya, UL masih akan menunjukkan tren pertumbuhan yang lebih lambat.

"Saya rasa UL akan menurun pada semester kedua tahun ini. Beberapa permasalahan masih ada tetapi geliat ekonomi akan membuat UL lebih lambat," katanya, Rabu (3/7/2019).

Jika ditelisik lebih dalam, pertumbuhan UL April 2018 jauh lebih rendah, yakni 2,6% (yoy). Hanya saja, tren pertumbuhannya tergolong fluktuatif, karena pertumbuhan UL pada Januari, Februari dan Maret 2018 mencapai 5,5% (yoy), 8,7% (yoy), dan 10,7% (yoy).

David menuturkan, penyerapan kredit dari sektor konstruksi akan semakin membaik dalam paruh kedua tahun ini. Hal ini lebih didukung oleh belanja infrastruktur pemerintah yang akan semakin besar pada kuartal ketiga dan keempat tahun ini.

"Belanja infrastruktur pemerintah itu sudah terjadwal, tetapi akan semakin lebih ekspansif pada semester II, dan itu akan membuat penyerapan kredit lebih optimal dalam menekan UL," katanya.

Namun, David menyampaikan permasalahan pada sektor perdagangan internasional yang masih berlarut masih menjadi tantangan untuk menekan laju UL.

"Kalau ini membaik, saya rasa UL di sektor ini baru akan pulih pada kuartal keempat. Itu pun kalau ada tahap rekonsiliasi yang konkret."

Senada, Kepala Riset Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Lando Simatupang juga menuturkan laju UL akan semakin lambat pada semester kedua ini.

Menurutnya, hal tersebut lebih didukung oleh peningkatan optimisme pelaku usaha dalam negeri dalam berekspansi pasca selesainya sengketa pemilihan presiden 2019.

"Kita lihat dulu untuk laju UL di Mei dan Juni ini. Jika pertumbuhannya juga melambat, maka UL akan semakin landai sampai akhir tahun," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : M. Richard
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper