Bisnis.com, JAKARTA—PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. melaporkan telah menyusun peta jalan untuk sustainable development goals (SDG) dalam 4 tahun ke depan.
Direktur Strategy, Compliance & Risk BTN Mahelan Prabantarikso menuturkan penyusunan road map SDG akan memberi dukungan menyeluruh bagi perseroan untuk mendukung perkembangan industri jasa keuangan yang selaras dengan ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup.
Menurutnya, penyusunan peta jalan juga akan meningkatkan daya tahan dan daya saing perseroan sehingga mampu tumbuh dan menyediakan sumber pendanaan yang dibutuhkan masyarakat serta pada saat yang sama tetap menjaga kelestarian lingkungan.
"Dalam mengimplementasikan keuangan berkelanjutan, Bank BTN sudah menyusun peta jalan yang dibagi dalam tiga fase hingga tahun 2023," katanya seperti dikutip dari risalah Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan, Jumat (5/7/2019).
Adapun, prinsip keuangan berkelanjutan merupakan inisiasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Aturan mengenai hal tersebut tertuang dalam Peraturan OJK (POJK) Nomor 51 Tahun 2017 tentang Rencana Aksi Keuangan Berkelanjutan dan POJK Nomor 60 Tahun 2017 tentang Penerbitan dan Persyaratan Efek Bersifat Utang Berwawasan Lingkungan.
POJK 51/2017 mengatur agar bank dalam kelompok Bank Umum Kelompok Usaha (BUKU) III dan IV wajib menerapkan prinsip keuangan berkelanjutan dalam kegiatan usaha pada awal tahun ini, sedangkan bank BUKU I dan II diwajibkan menerapkannya pada tahun depan.
Mahelan memaparkan, tiga fase tersebut antara lain konsolidasi, pemantapan, dan pengembangan. Dalam fase konsolidasi yang dilakukan tahun ini, perseroan menyiapkan perangkat, kebijakan, dan model keuangan berkelanjutan. Perseroan juga menguatkan kelembagaan keuangan berkelanjutan.
Dalam tahap pemantapan yang diterapkan pada 2020 hingga 2021, BTN berencana untuk menguatkan SDM keuangan berkelanjutan serta fokus pada pengembangan kapasitas internal.
Perseroan juga akan menyusun kebijakan teknis keuangan berkelanjutan. Perseroan berkode emiten BBTN ini juga akan melakukan penguatan relasi, komunikasi, dan sosialisasi keuangan berkelanjutan.
Perseroan akan memperkuat peran pembiayaan bank terkait dengan keuangan berkelanjutan, serta mendukungnya dengan peran teknologi informasi. Perseroan juga akan mengimplementasikan konsep green office.
Selanjutnya, dalam tahap pengembangan yang dilakukan pada 2022 hingga 2023, BTN akan menerapkan pengadaan berkelanjutan. Perseroan akan mengembangkan layanan perbankan ramah distabilitas. Perseroan juga akan mulai melakukan evaluasi dan audit terhadap pelaksanaan keuangan berkelanjutan ini.
Adapu, Mahelan menyampaikan pada tahun ini perseroan sudah menetapkan 9 program prioritas, yakni perancangan dan penyusunan kebijakan dan strategi berkelanjutan.
Perseroan juga akan melakukan penguatan, pembentukan atau pengorganisasian keuangan berkelanjutan. BBTN akan membuat program pelatihan dan pengembangan SDM terkait keuangan berkelanjutan. "Selain itu, perseroan juga akan melakukan pengembangan digitalisasi KPR," ujarnya.
Perseroan juga mulai melakukan penyaluran pembiayaan kepada masyarakat nonbankable tetapi feasible. Perseroan akan meningkatkan inklusi keuangan, dan juga pembiayaan konstruksi ramah lingkungan
Bank BTN akan melaksanakan strategi komunikasi keuangan berkelanjutan, dan mulai menyusun laporan terkait keuangan berkelanjutan.
Berdasarkan laporan publikasi, pada kuartal I/2019, BTN mencetak laba bersih sebesar Rp723 miliar, tumbuh 5,67% secara tahunan (year-on-year/yoy).
Pendapatan bunga BTN pada kuartal pertama 2019 sebesar Rp6,42 triliun atau naik 21,69% yoy. Namun, beban bunga naik lebih tinggi, yakni 38,17% yoy menjadi Rp4,02 triliun.
Sementara itu, penyaluran kredit BTN melesat 19,57% yoy menjadi Rp242,13 triliun. Penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) sebesar 10,98% secara tahunan menjadi Rp215,83 triliun. Pertumbuhan dana melambat dibandingkan dengan kuartal I/2018 sebesar 23,54% yoy.