Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sedikit Lagi, Bank Sinarmas Siap Naik Kelas Jadi BUKU III

PT Bank Sinarmas Tbk. hanya perlu sekitar Rp170 miliar lagi agar dapat naik ke kelompok bank umum kelompok usaha (BUKU) III.
Nasabah bertransaksi melalui mesin anjungan tunai mandiri Bank Sinarmas./JIBI-Dwi Prasetya
Nasabah bertransaksi melalui mesin anjungan tunai mandiri Bank Sinarmas./JIBI-Dwi Prasetya

Bisnis.com, JAKARTA—PT Bank Sinarmas Tbk. hanya perlu sekitar Rp170 miliar lagi agar dapat naik ke kelompok bank umum kelompok usaha (BUKU) III.

Berdasarkan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Direktur Utama Bank Sinarmas Frenky T. Susilo memaparkan bahwa perseroan telah menggunakan dana dari hasil penawaran umum terbatas (PUT) II pada paruh pertama tahun ini senilai Rp104,18 miliar.

Dana tersebut akan dialokasikan kepada modal inti, yang mana posisi modal inti tier 1 saat ini berada pada Rp4,72 triliun.

"Nilai realisasi dana penawaran umum dengan hak memesan efek terlebih dahulu yang efektif pada 27 April 2016 adalah Rp104 miliar," paparnya, Selasa (9/7/2019).

Sebelumnya, Frenky menuturkan perseroan juga telah memutuskan untuk menahan pembagian laba tahun buku 2018 untuk dapat menjaga modal.

Bank Sinarmas berharap proses penyuntikan dana segar baik melalui PUT dan penerbitan warran senilai senilai Rp2 triliun yang berlaku hingga 2020 dapat berjalan dengan cepat agar perseroan dapat naik kelas dan mengambangkan lebih banyak produk lagi.

“Kalau itu digunakan, ya artinya ada penambahan modal. Ini kami tinggal sedikit lagi naik kelas," tuturnya.

Adapun, nilai penyaluran kredit bank Sinarmas pada kuartal pertama tahun ini tercatat Rp18,18 triliun, atau naik 12,77% (year-on-year/yoy).

Perseroan masih mengandalkan penyaluran kredit korporasi, yang penyalurannya pada tahun pertama ini masih tumbuh baik.

Sebagai informasi, perseroan memiliki lebih dari 10 sektor usaha yang digarap. Tiga sektor usaha terbesar a.l. perdagangan besar dan eceran, perantara keuangan, serta transportasi, pergudangan dan komunikasi, dengan kontribusi 53,41%.

Pada kuartal pertama tahun ini, laba bersih perseroan tercatat Rp124,75 miliar. Pendapatan bunga memang menjadi pendorong perolehan laba bersih tersebut, tetapi dorongan pendapatan operasional non bunga jauh lebih kuat, yakni dengan pertumbuhan 17,31% (yoy).

Menanggapi agenda kenaikan kelas emiten berkode BSIM ini, Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee berpendapat bahwa perseroan harus lebih kuat meningkatkan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK).

Menurutnya, penghimpunan dana pihak ketiga yang tercatat masih 24,1 triliun tersebut masih belum dapat memberi kepercayaan bagi investor untuk mempercepat penyerapan PUT II ini.

Pasalnya, BSIM merupakan sebuah perseroan dengan grup besar yang mayoritas penyalurannya juga kepada usaha-usaha di dalam grup.

"Kalau dilihat kinerjanya oke, cuma DPK ini harus ditingkatkan lebih gencar agar investor bisa lebih cepat menyerap PUT ini," tuturnya.

Selain itu, Hans menyarankan perseroan mempercepat pemutakhiran teknologi informasi untuk mempercepat penggarapan bisnis transaksi pembayaran.

Menurutnya, kompetisi di BUKU III sangat ketat, dan mayoritas bank di kelompok ini sudah mampu melakukan pengembangan produk dan menggarap saluran-saluran pendapatan baru.

"Teknologi informasi ini harus dipercepat, jangan sampai ketinggalan," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : M. Richard
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper