Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar Saham Lesu, Prudential Putar Otak Kelola Investasi PAYDI

Prudential Indonesia menyiapkan strategi dalam mengelola investasi PAYDI atau unit linked di tengah kondisi pasar saham yang fluktiatif.
Ilustrasi asuransi unit link (unit linked insurance)/Shriramlife
Ilustrasi asuransi unit link (unit linked insurance)/Shriramlife

Bisnis.com, JAKARTA –  PT Prudential Life Assurance (Prudential Indonesia) dalam kuartal I/2025 mencatatkan total aset investasi sebesar Rp49,9 triliun. Portofolio investasi tersebut didominasi oleh saham, disusul porsi terbesar kedua adalah pada Surat Berharga Negara (SBN).

Adit Trivedi, Chief Financial Officer Prudential Indonesia mengatakan dalam periode yang sama perusahaan mencatat total pendapatan premi dari produk asuransi yang dikaitkan dengan investasi (PAYDI) atau unit linked sebesar Rp3,7 triliun, yang berkontribusi terhadap total pendapatan premi secara keseluruhan sebesar 73%.

"Kami melakukan pemantauan investasi dari waktu ke waktu. Menyikapi fluktuasi yang terjadi di pasar modal, kami tetap waspada dan senantiasa menerapkan prinsip kehati-hatian dalam mengelola subdana PRULink sesuai dengan strategi investasi masing-masing subdana," kata Adit kepada Bisnis, dikutip Minggu (13/7/2025).

Adit menjabarkan bahwa di tengah meningkatnya volatilitas pasar saham dan valuasi yang lebih murah, Prudential Indonesia dalam menempatkan investasinya di pasar saham akan membidik emiten perusahaan yang memiliki bisnis berkesinambungan, memiliki kinerja keuangan yang solid, manajemen yang berkualitas, hingga valuasi yang menarik serta likuiditas yang baik.

"Dengan begitu diharapkan investasi dapat memberikan nilai tambah bagi nasabah dengan profil risiko agresif dan jangka investasi panjang," tegasnya.

Begitu juga dengan instrumen oblligasi untuk subdana pendapatan tetap, Adit menjabarkan faktor-faktor seperti tren suku bunga, inflasi, sampai defisit anggaran menjadi perhatian utama Prudential Indonesia dalam mengelola investasi PAYDI.

Adit memahami bahwa pada kuartal pertama 2025, industri asuransi di Indonesia menghadapi tantangan besar dalam pengelolaan portofolio investasinya. Salah satu tantangan terbesar adalah kondisi pasar modal yang volatil, di mana Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami kontraksi di kisaran 8%. 

Melemahnya IHSG kemudian berdampak signifikan pada portofolio investasi khususnya sub dana berbasis saham yang dimiliki perusahaan, serta menekan hasil investasi secara keseluruhan. Di sisi lain, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga turut menambah tekanan, khususnya pada portofolio dengan eksposur global.

Meski ada tantangan tersebut, Adit melihat terdapat peluang strategis yang dapat dimanfaatkan oleh pelaku industri. Misalnya, kondisi suku bunga yang tinggi dapat memberikan imbal hasil yang menarik pada instrumen pendapatan tetap seperti obligasi pemerintah dan sukuk korporasi. 

"Di sisi lain, tekanan pasar saat ini justru membuka peluang untuk masuk ke instrumen saham berfundamental kuat yang sedang berada pada valuasi rendah. Dengan mengadopsi pendekatan yang adaptif dan terdiversifikasi, industri asuransi jiwa Indonesia tetap memiliki prospek jangka panjang yang positif meski menghadapi tekanan jangka pendek," pungkasnya.

Merujuk kinerja industri asuransi jiwa, Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) mencatat hasil investasi industri dalam periode Januari-Maret 2025 hanya mencapai Rp340 miliar. Angka tersebut terkoreksi cukup dalam dibanding hasil investasi periode kuartal I/2024 sebesar Rp12,32 triliun.

Simon Imanto, Ketua Bidang Keuangan, Permodalan, Investasi dan Pajak AAJI mengatakan kinerja negatif tersebut disebabkan oleh performa pasar saham yang jeblok. Apalagi, penempatan saham menjadi instrumen paling besar kedua di industri asuransi jiwa dengan nilai Rp119,79 triliun.

"Pada kuartal I 2025, kinerja pasar modal mengalami tekanan signifikan. IHSG turun sekitar 8% year-to-date, dari posisi 7.303,89 pada akhir Desember 2023 menjadi 6.510,62 di akhir Maret 2025. Gejolak ini menjadi salah satu faktor utama terkoreksinya hasil investasi industri asuransi jiwa," kata Simon kepada Bisnis, Selasa (10/6/2025).

Adapun portofolio investasi asuransi jiwa per kuartal I/2025 mayoritas ditempatkan pada Surat Berharga Negara (SBN) dengan nilai Rp214,23 triliun, atau tumbuh 12,9% YoY. Porsi terbesar kedua adalah pada saham dengan nilai Rp119,79 triliun, turun 19% YoY.

Meskipun investasi pada saham kurang menguntungkan, besarnya penempatan pada instrumen ini menurut Simon menjadi bukti bahwa industri asuransi jiwa juga berperan dalam pendalaman pasar modal domestik.

"Hingga akhir Maret 2025, nilai portofolio investasi [saham] industri asuransi jiwa tetap terjaga di angka Rp119,79 triliun. Ini mencerminkan optimisme industri terhadap pemulihan pasar saham serta komitmen untuk terus menopang stabilitas pasar keuangan nasional melalui penempatan dana jangka panjang di instrumen saham," pungkasnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper