Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BI: Pemangkasan Suku Bunga Acuan Gairahkan Pasar Saham

Bank Indonesia menyatakan pemangkasan suku bunga acuan 6% jadi 5,75% ini diyakini tidak hanya memberi optimisme pasar tetapi juga menggenjot harga saham.
Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo menyampaikan hasil-hasil Forum Pembiayaan Infrastruktur dalam konferensi pers Pertemuan Tahunan IMF - World Bank Group 2018 di Nusa Dua, Selasa (9/10/2018)./ANTARA-Nyoman Budhiana
Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo menyampaikan hasil-hasil Forum Pembiayaan Infrastruktur dalam konferensi pers Pertemuan Tahunan IMF - World Bank Group 2018 di Nusa Dua, Selasa (9/10/2018)./ANTARA-Nyoman Budhiana

Bisnis.com, MEDAN -- Bank Indonesia menyatakan pemangkasan suku bunga acuan 6% jadi 5,75% ini diyakini tidak hanya memberi optimisme pasar tetapi juga menggenjot harga saham.

Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo menyatakan, salah satu pertimbangan dan harapan BI memangkas suku bunga adalah memperbaiki harga saham.

"Kalau suku bunga dipangkas pertumbuhan ekonomi membaik, value perusahaan meningkat, harga saham akan naik. Itu membuat minat investor akan meningkat," terang Dodi di Hotel Adimulia, Medan, Jumat (19/7/2019).

Dia menyatakan pemangkasan suku bunga bulan ini dikarenakan BI memprakirakan inflasi tetap rendah sepanjang tahun ini.

Selain itu, pemangkasan suku bunga diyakini mendorong stimulus di tengah kondisi ketidakpastian pasar keuangan global dan stabilitas eksternal yang terkendali.

PENGARUH PERANG DAGANG

Dody menyatakan perang dagang antara AS dan China telah membuat kedua negara menerapkan tarif yang tinggi. Apalagi pasca-G20 di Osaka, Jepang, belum ada jaminan perang akan berakhir damai.

Saat ini, AS telah memberikan tarif 10% menjadi 25% atas US$300 miliar nilai dagang ekspor ke China. Sementara itu, China membalas tambahan 25% tarif untuk produk ekspor Amerika ke China senilai US$60 miliar.

"Ketidakpastian ini membuat kondisi ekonomi global akan lebih melambat dikonfirmasi outlook dari IMF. Dan semester kedua akan terjadi kondisi yang lebih menurun," ungkap Dody.

Dia memastikan, kondisi perang dagang yang melemahkan Indonesia sebagai rekan dagang China juga berimbas di negara lain. Dia mengklaim dampak penurunan ekspor dan impor terjadi di negara maju ataupun negara berkembang.

"Permintaan memang berkurang karena demand global turun. Ini juga membuat investasi melambat di negara maju dan berkembang.

Dody juga menyatakan ada dua peluang kebijakan moneter akomodatif dalam tahun ini sampai 2020 memang memungkinkan diambil oleh BI.

Dia beralasan kondisi pelambatan ekonomi global memang disinyalir akan bertahan sampai 2020 bertepatan dengan Pemilu Amerika Serikat. Dody menyebut BI menemukan adanya spekulasi pasar bahwa perang dagang adalah strategi melanggengkan Trump ke Pilpres AS pada 2020.

"Kalau bisa mengerucut ke suatu titik ini akan berhenti pada saat election Trump itu adalah alat untuk Trump memenangkan Pemilu," terangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper