Bisnis.com, JAKARTA – Kewajiban penyediaan modal minimum (KPMM) PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. terus menyusut. Perseroan akan menerbitkan obligasi global akhir tahun ini dan saham baru pada penghujung 2020.
Pejabat sementara Direktur Keuangan dan Treasury & Strategy BTN Nixon L.P Napitupulu mengatakan bahwa perusahaan akan menerbitkan junior global bonds dengan kisaran nilai US$300 juta. “Ini antara November [2019] atau Desember [2019] dengan dibantu oleh arrager investment bank,” katanya dalam paparan kinerja keuangan kuartal II/2019 di Menara BTN, Jakarta, Jumat (26/7/2019).
Nixon mengatakan selain itu perusahaan juga akan mengambil pinjaman bilateral dalam bentuk rupiah. Namun, hal itu masih dalam pembicaraan.
Penerbitan obligasi global tersebut, beserta berbagai tambahan wholesale funding lain, diharapkan akan membawa KPMM BTN pada level 19,1 persen per Desember 2019. Dengan permodalan tersebut, Bank BTN bersiap memacu kredit pada tahun depan.
Berdasarkan laporan publikasi perseroan, KPMM selam empat tahun terakhir terus menyusut. Pada Juni 2016 BTN mencatatkan KPMM sebesar 18,38 persen, sedangkan Juni 2019 17 persen.
Nixon menjelaskan bahwa kemampuan BTN adalah ekspansi pembiayaan perumahan sebanyak 250.000 hingga 300.000 per tahun. “Ekspansi itu kita lihat CAR [KPMM] turun 1 persen-1,5 persen. Kalau ke depan ekspansi masih sama, maka kita harus antisipasi penambahan CAR,” jelasnya.
Baca Juga
Penerbitan saham baru pun akan menjadi opsi yang tengah disiapkan. Perusahaan berharap suntikan skeman penyuntikan dana segar itu akan bisa dilakukan pada akhir tahun depan.
Menurut perhitungan saat ini setidaknya BTN membutuhkan tambahan modal dari penerbitan saham baru sebesar Rp5 triliun hingga Rp8 triliun untuk menjaga KPMM hingga 5 tahun ke depan. “Tentu saja itu dengan asumsi laba tumbuhnya sama, kemudian dividen payout ratio sama, kemudian juga kita butuh penyertaan kurang lebih Rp1 triliun,” ujarnya.
Nixon melanjutkan bahwa penyertaan sekitar Rp1 triliun akan digunakan hingga Juni 2020. Di mana di antaranya untuk mengakusisi perusahaan modal venturan untuk keperluan penyertaan modal kepada PT Fintek Karya Nusantara (Finarya), operator LinkAja.