Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. gencar memacu bisnis dana kelolaan nasabah kaya sebagai salah satu pendorong pendapatan komisi.
Direktur Bisnis dan Jaringan Bank Mandiri Hery Gunardi mengatakan bisnis dana kelolaan atau wealth management merupakan bisnis yang menjanjikan, bahkan wealth management termasuk salah satu core bisnis perseroan.
“Nasabah HNWI [high net worth individuals] Bank Mandiri lebih dari 55.000 nasabah ditambah nasabah private banking 1.200. Potensi segmen ini terus berkembang dan cukup bagus,” kata Hery, Senin (5/8/2019).
Adapun, per Juni 2019, total dana kelolaan Bank Mandiri (BMRI) mencapai Rp205,3 triliun. Nilai tersebut meningkat 6,75 persen secara tahunan jika dibandingkan dengan akhir Juni 2018.
Sementara itu, dari sisi fee based income, Hery mengatakan wealth management memberikan kontribusi yang positif. Pada 2018 saja, pendapatan fee yang didapatkan melalui bisnis wealth management tarcatat sekitar Rp500 miliar. Tahun ini, perseroan menargetkan pendapatan fee sebesar Rp600-700 miliar.
Pada kesempatan yang sama, SVP Wealth Management Bank Mandiri Elina Wirjakusuma mengatakan perseroan menargetkan dana kelolaan sekitar Rp210-215 triliun hingga akhir tahun 2019. Sementara, pertumbuhan jumlah nasabah wealth management dibidik sebanyak 2.000.
“Kami memasang target agak agresif, dari jumlah nasabah yang dikelola, pertumbuhannya cukup baik, dari 2015 sampai 2018 pertumbuhannya rata-rata 8 persen. Dana kelolaan juga tumbuh 8 persen, sedangkan dari sisi revenue tumbuh lebih besar, 20 persen rata-rata per tahun,” jelasnya.
Adapun, berdasarkan komposisi, sekitar 70 persen dari dana wealth management masih ditempatkan pada dana pihak ketiga dan 30 persen dana tersebut ditempatkan pada asset under management (AUM) atau dana investasi.
Dari total 30 persen AUM, jelas Elina, hampir 40 persen-50 persen dana ini ditempatkan pada reksa dana, surat berharga, dan unit link. “Jika dilihat reksa dana dan surat berharga pertumbuhannya cukup signifikan, naiknya double digit.”
Oleh karena itu, Herry mengatakan perseroan berinisiatif mengembangkan variasi produk untuk memacu bisnis tersebut, termasuk melalui anak usaha, yaitu PT Mandiri Sekuritas dan PT Mandiri Manajemen Investasi.
Pasalnya, Hery menyoroti fasilitas locked-up dana repatriasi dari tax amnesty yang akan segera berakhir dalam beberapa bulan ke depan menjadi tantangan bagi perseroan.
Herry mengutarakan, dana repatriasi dari tax amnesty mencapai Rp127 triliun, sementara Rp8-8,5 triliun dari dana repatriasi tersebut mengendap di Bank Mandiri.
“Nasabah yang ikut tax amnesty, ada yang senang nyimpan dana disini dengan produk ala kadarnya, tapi ada juga yang tadinya nasabah produk banking di luar negeri, ini yang buat kami ragu bagaimana caranya ketika locked up periode selesai, duitnya tetap di sini,” jelas Hery.
Herry menambahkan, untuk menambah pilihan nasabah, perseroan pun tengah mempersiapkan produk offshore di kantor cabang Bank Mandiri di Singapura, di samping nasabah Bank Mandiri juga bisa melakukan pembelian obligasi melalui PT Mandiri Sekuritas.
“Harapannya dengan banyaknya variasi produk bisa memenuhi keinginan dan kebutuhan nasabah wealth menagement banking untuk nasabah yang ada di Indo maupun yang mau menyimpan dananya di offshore,” tambah Hery.