Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kinerja Keuangan Bank Muamalat Memburuk

Kinerja PT Bank Muamalat Indonesia Tbk. tak kunjung membaik. Bahkan berdasarkan laporan keuangan teranyar, kuartal II/2019, laba bank anjlok dengan diikuti kualitas aset yang kembali memburuk. 
Karyawati Bank Muamalat melayani nasabah di Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (20/2/2019)./Bisnis-Paulus Tandi Bone
Karyawati Bank Muamalat melayani nasabah di Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (20/2/2019)./Bisnis-Paulus Tandi Bone

Bisnis.com, JAKARTA -- Kinerja PT Bank Muamalat Indonesia Tbk. tak kunjung membaik. Bahkan berdasarkan laporan keuangan teranyar, kuartal II/2019, laba bank anjlok dengan diikuti kualitas aset yang kembali memburuk. 

Laba bersih setelah pajak bank per Juni 2019 merosot 95,1% secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp5,1 miliar. Pendapatan setelah distribusi bagi hasil yang merosot 68,1% yoy menjadi satu penyebabnya. 

Melihat lebih jauh, rentabilitas perusahaan yang loyo disebabkan oleh fungsi intermediasi yang turun 15,6% yoy menjadi Rp31,32 triliun. Ini merupakan imbas dari pengetatan likuiditas yang tengah dialami bank, sehingga perseroan tidak dapat menyalurkan pembiayaan baru. 

Seperti diketahui, bank syariah tertua ini tengah memiliki isu dengan permodalan. Bank menunggu dana segar untuk kembali menjalankan bisnis secara normal. 

Merosotnya kinerja bank pada paruh pertama tahun ini juga ditandai dengan rasio-rasio penting yang memburuk. Rasio pembiayaan bermasalah (non performing financing/NPF) yang sebelumnya berhasil ditekan, kembali melambung. Per Juni 2019, rasio NPF kotor naik dari 1,65% menjadi 5,41%, sedangkan rasio NPF bersih naik dari 0,88% menjadi 4,53%.

Pada Juni tahun lalu, kinerja Muamalat sempat terlihat membaik berkat rekaya finansial yang dilakukan bank. Perusahaan menjual aset bermasalah dengan surat berharga. 

Alhasil berdasarkan laporan keuangan perseroan, surat berharga naik lebih dari 6 kali lipat per Juni 2018 secara bulanan (month to month/mom), dari Rp1,4 triliun menjadi Rp9,1 triliun. 

Aksi tersebut pun menekan rasio NPF kotor dari 4,95% pada Juni 2017 menjadi 1,65%. Rasio NPF bersih ikut turun dari 3,74% menjadi 0,88%.

Per Juni 2019, rekayasa finansial yang sempat ditentang Otoritas Jasa Keuangan masih tercatat dalam laporan keuangan bank. Namun, tidak memberikan dampak positif terhadap kinerja perusahaan seperti pada tahun lalu. 

Hingga berita ini diturunkan Sekretaris Perusahaan Muamalat Hayunaji belum memberikan keterangan resmi. 

Sebelumnya Komisaris Utama Bank Muamalat Ilham Habibie mengatakan bahwa penjualan pembiayaan bermasalah merupakan satu paket dengan penerbitan saham baru. “Jadi equitytidak bisa masuk, kalau penjualan aset tidak disetujui,” katanya beberapa waktu lalu. 

Adapun saat ini Muamalat tengah menunggu restu dari OJK untuk melanggengkan investor baru menyerap 77,1% saham baru yang diterbitkan Muamalat. Ilham Habibie dan SSG Capital management Limited yang maju dengan perusahaan bernama Al Falah Investment Pte Limited serta Koperasi Simpan Pinjam Jasa telah menyatakan komitmen terkait hal tersebut. Bahkan sebelumnya Hayunaji sempat menyebutkan bahwa Al Falah telah menyetor Rp2 triliun ke rekening penampung sebagai bukti keseriusan. 

Sementara itu Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso belum memberikan pernyataan resmi yang tegas terkait nasib Muamalat. “Tunggu saja,” katanya saat ditemui usai rapat Komite Stabilitas Sistem Keuangan beberapa waktu lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper