Bisnis.com, JAKARTA — Fokus sudah pasti menjadi salah satu kunci bagi setiap orang untuk menggapai kesuksesan. Kendati begitu, untuk menjadi agen asuransi profesional dengan pencapaian tinggi, fokus itu mesti dilandasi oleh kesadaran untuk membantu nasabah.
Setidaknya itu yang menjadi keyakinan dari tiga agen asuransi jiwa yang meraih predikat Top Agent of The Year dalam ajang tahunan dan bergengsi Top Agent Awards (TAA) 2019 atau yang ke-32 kali diselenggarakan Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), di Solo, Jawa Tengah. Rangkaian kegiatan yang digelar 7—9 Agustus 2019 itu ditutup dengan malam puncak TAA 2019, Jumat (9/8) malam, dengan pengumuman Top Agent of The Year.
Penghargaan tersebut merupakan apresiasi tertinggi yang disematkan AAJI kepada agen dengan prestasi terbaik sepanjang 2018 dari sekitar 595.000 agen asuransi jiwa yang ada di Indonesia.
Predikat itu diberikan kepada Cindy Tjahjadi, tenaga pemasar dari PT Prudential Life Assurance. “Peringkat pertama dengan total poin 12.640, diberikan kepada Cindy Tjahjadi,” kata Ketua Dewan Pengurus AAJI Budi Tampubolon ketika membacakan hasil penilaian dewan juri independen.
Peringkat kedua dan ketiga dengan masing-masing poin 12.260 dan 12.040 diberikan kepada Indriansi Sasmita dari PT Equity Life Indonesia dan Theresia Tjokrosoeharto dari PT AIA Financial.
Dari pengalamannya menjadi agen sejak 2016, Cindy Tjahjadi mengakui bahwa setiap tenaga pemasar harus menyadari bisnis tersebut memiliki tujuan untuk membantu orang lain. Dengan begitu, para agen akan tergerak untuk membantu lebih banyak orang setiap harinya.
Baca Juga
Kiatnya, kata Cindy, fokus melakukan itu setiap hari. “Saya hanya melihat ini sebagai industri yang banyak menolong orang. Fokus saja, jangan baperan kalau orang tolak,” ujarnya seusai mendapatkan penghargaan yang diserahkan langsung oleh Riswinandi, Kepala Eksekutif Industri Keuangan Non Bank (IKNB) Otoritas Jasa Keuangan.
Sebelum terjun ke industri asuransi jiwa, Cindy menjalankan bisnis restoran. Kendati begitu, pada akhirnya dia tertarik untuk menjalankan bisnis asuransi jiwa lantaran meyakini masih ada potensi pasar yang besar di industri tersebut.
Oleh karena itu, dia pun berpesan agar masyarakat luas bisa membangun karier di bidang ini. “Di restoran saya kan tidak bisa menolong orang. Di sini saya banyak menolong orang. Ini adalah bisnis yang sangat baik. Kami menolong orang, juga untuk menolong diri sendiri,” kata agen yang membukukan premi sekitar Rp2 miliar sepanjang 2018 itu.
Keyakinan itu pun diamini Indriani Sasmita. Menurutnya, profesi itu bertujuan untuk membantu setiap orang. Tujuan utamanya bukanlah penjualan produk asuransi, melainkan menyadarkan masyarakat tentang pentingnya proteksi jiwa dan kesehatan demi kehidupan yang lebih baik untuk masa depan.
“Tidak masalah, pada akhirnya dia beli sama saya atau orang lain. Yang jelas saya sudah berikan informasi,” katanya.
Indiriani mengisahkan awal dirinya terjun ke industri asuransi pada 2016, kendati sejak 2007 telah bekerja di sektor perbankan. Awalnya, profesi itu hanya menjadi pekerjaan sampingan untuk menambah pundi-pundi penghasilan.
Namun, setelah mengenal produk asuransi, Indriani menyadari bahwa berasuransi itu penting. Dia akhirnya kian serius dan fokus menjalankan profesi tersebut sehingga mampu mencapai target yang ditentukan perusahaan.
“Saya harus mengerti asuransi agar saya bisa menginformasikan ke banyak orang. Jadi, paling tidak [calon agen] harus punya proteksi sehingga bisa merasakan pentingnya proteksi dan menularkan needs itu ke orang lain,” jelas agen yang pada tahun lalu mampu memasarkan 101 polis dengan nilai premi mencapai Rp4,5 miliar tersebut.
Sementara itu, Theresia Tjokrosoeharto menjadi agen dengan usia termuda dan masuk tiga besar agen terbaik di ajang TAA 2019. Tahun ini usianya baru menginjak 22 tahun.
Dia mengaku pertama kali terjun ke bisnis asuransi jiwa pada 2014 atau ketika masih berusia 18 tahun. “Saya pertama kali ikut sejak mulai kuliah,” ujarnya.
Theresia mengenal profesi itu dari kedua orang tuanya. Ayah dan ibunya bahkan telah berkecimpung di industri asuransi jiwa selama 19 tahun. Dia pun bangga bisa meneruskan bisnis kedua orang tuanya, bahkan menggapai penghargaan istimewa.
“Saya sangat bangga menjadi agen asuransi profesional, menjadi penerus dan bisa membanggakan,” ujar agen yang membukukan premi senilai Rp3,2 miliar sepanjang 2018 itu.
Theresia pun mengakui, kesadaran bahwa profesi agen asuransi jiwa merupakan pekerjaan mulia dengan tujuan membantu orang patut ditanamkan. Dengan begitu, jelasnya, setiap agen bisa memacu diri untuk membantu lebih banyak orang setiap harinya.
Di samping itu, dia mengatakan pekerjaan ini sebenarnya sangat cocok bagi generasi langgas atau milenial. “Ini sangat sesuai dengan gaya hidup anak muda karena hadiahnya kan traveling. Jadi, enjoy work and life balance.”
PROSES PENJURIAN
Ketua Dewan Juri Independen TAA 2019 Rinaldi Mudahar mengakui proses penentuan pemenang dengan predikat agen terbaik di industri asuransi jiwa nasional itu tidak mudah. Pasalnya, delapan agen yang menjadi nominator memiliki prestasi tinggi, baik yang senior maupun yang muda.
Para agen senior memiliki pengalaman yang tentu saja menjadi faktor penting dalam pemasaran. Di sisi lain, para agen muda memiliki inteligensi dan daya kreatif dengan memanfaatkan kemajuan teknologi.
“Di samping itu, kami juga mempertimbangkan karakter budaya Indonesia, kepintaran, dan keterampilan yang menjadi faktor sangat penting.”
Selain melihat pencapaiannya, Rinaldi mengatakan bahwa para juri melakukan wawancara kepada seluruh nominator. Para juri berupaya mencari sosok paling berkualitas di antara para agen terbaik untuk sejumlah kategori tersebut dengan mempertimbangkan kecakapan dan keterampilan dalam menyampaikan pesan asuransi ke Indonesia.
Di samping itu, Rinaldi mengingatkan bahwa aspek dan karakter budaya Indonesia menjadi salah satu indikator penilaian para juri. Melalui proses penjurian dan diskusi panjang, dia mengatakan pada akhirnya keenam juri mampu memilih peringkat tiga besar untuk TAA 2019 tersebut.
“Yang pasti, itu hasil karya asuransi jiwa dalam mencetak agen-agen tangguh di Indonesia.”