Bisnis.com, JAKARTA -- Keputusan Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan atau BI7Days Repo Rate 25 basis poin ke depannya harus tetap memperhatikan kondisi global.
Ryan Kiryanto, Kepala Ekonom BNI, menyatakan bahwa keputusan Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI menurunkan suku bunga acuan atau BI7DRRR sebesar 25 bps menjadi 5,5% diyakini akan berdampak positif bagi sektor keuangan perbankan dan sektor riil.
Melalui keputusan ini, Ryan menyebut bahwa BI memberi sigyal ke depan, semua pihak harus mewaspadai perkembangan ekonomi global yang terindikasi melambat.
"Sehingga keputusan ini mampu menjadi stimulan untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi di atas 5% tahun ini," jelasnya, Kamis (22/8/2019).
Awalnya, mayoritas analis tidak semua ekonom dan analis memperkirakan bunga acuan akan turun. Umumnya analis cenderung memberikan rekomendasi agar BI menahan bunga acuan tetap 5,75%.
"Namun pilihan RDG BI untuk menurunkan BI rate 25, juga Deposit Rate dan Lending Rate masing-masing sebesar 25 basis poin merupakan langkah strategis dan taktis dengan timing atau pilihan waktu yang tepat," kata Ryan.
Hal ini, menurut Ryan, sesuai dengan semangat BI untuk selalu berusaha pre-emptive actions atau ahead the market.
Adapun pertimbangan RDG BI menurunkan suku bunga acuan hanya 25 bps antara lain; ekspektasi inflasi yang rendah berkisar 3,3%; posisi yield surat utang domestik yang masih kompetitif atau atraktif; dan perlunya kebijakan moneter dan makroprudensial yang akomodatif. Tujuannya mendorong momentum pertumbuhan ekonomi melalui jalur perbankan, dinilai wajar dan dapat diterima dengan baik oleh pelaku pasar.
BI merasa perlu menjaga ketahanan atau resiliensi ekonomi domestik melalui penetapan suku bunga acuan yang akomodatif atau dovish.
"Tinggal kita tunggu hadirnya kebijakan fiskal yang juga akomodatif melalui serapan anggaran yang lebih agresif untuk menguatkan kebijakan moneter BI yang sudah akomodatif sejauh ini," tuturnya.