Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk. (BJTM) memastikan akan menggenjarkan berbagai strategi guna mendorong kinerja kredit konsumsi yang memasuki tren tumbuh melambat.
Apalagi per paruh pertama tahun ini, kredit konsumsi atau KK mengalami pertumbuhan terendah yakni 4,33 persen yoy menjadi Rp21,37 triliun. Meski demikian, secara nilai segmen ini masih tertinggi dibanding dua sektor kredit perseroan yang lain yakni komersial dan UMKM.
Direktur Keuangan PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk. (Bank Jatim) Ferdian Satyagrah mengatakan hingga saat ini KK masih mendominasi penyaluran kredit perseroan dengan porsi sekitar 67 persen ytd.
Adapun dalam mendorong kinerja KK ini, perseroan memiliki sejumlah produk unggulan di antaranya kredit multiguna, kredit pembiayaan rumah atau KPR, dan ke depan akan mulai fokus pada kredit pensiunan.
“Untuk realisasi kredit multiguna per Agustus 2019 sebesar Rp1 triliun dan kami optimis masih akan sesuai target yang ditetapkan pada awal tahun,” katanya kepada Bisnis, Kamis (12/9/2019).
Ferdian mengemukakan dalam mengelola produk kredit multiguna perseroan sedang mengembangkan produk diversifikasi yang dipastikan akan memaksimalkan pertumbuhan kredit multiguna perseroan.
Sementara itu, di segmen KPR, perseroan berharap dapat menjadi ikon bank perumahan yang membantu seluruh masyarakat di Jawa Timur memiliki hunian. Dengan demikian perseroan optimistis, KK akan melebihi target yang ditetapkan perseroan.
Adapun secara total hingga semester I/2019 pertumbuhan penyaluran kredit BPD Jatim sebesar 8,25 persen yoy menjadi Rp34,77 triliun. Pertumbuhan ini masih lebih rendah dibanding target awal tahun bank daerah ini sebesar 9,5 persen yoy.
Pada periode itu juga, Bank Jatim mencatat laba bersih Rp816,42 miliar atau naik 7,67 persen yoy. Total aset Bank Jatim di periode yang sama mencapai Rp68,95 triliun dengan kenaikan 15,81 persen.
Bank Jatim selama enam bulan pertama 2019 berhasil menghimpun DPK hingga Rp57,93 triliun atau naik 17 persen. Jumlah DPK ini ditopang dana murah atau CASA yang rasionya mencapai 69,62 persen.
Pada periode yang sama modal inti Bank Jatim juga naik 9,08 persen menjadi Rp7,57 triliun. Pemerintah Provinsi Jawa Timur menggenggam 51,20 persen saham, sementara Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Timur dan Masyarakat masing-masing memiliki 28,39 persen dan 20,41 persen.