Bisnis.com, JAKARTA–Bank Indonesia (BI) dinilai tidak perlu memangkas suku bunga acuan lagi setelah hari ini diputuskan bahwa suku bunga acuan kembali dipangkas sebesar 25 bps dari 5,25% menjadi 5%.
Direktur Riset CORE Piter Abdullah menilai BI perlu mempertimbangkan untuk tidak terlalu cepat memangkas suku bunga karena hal ini tidak baik untuk investor.
Menurutnya, BI masih memiliki banyak ruang untuk kembali memangkas suku bunga acuan pada tahun depan.
Adapun pemangkasan suku bunga acuan melalui Rapat Dewan Gubernur (RDG) hari ini sudah diprediksi oleh pasar.
Kondisi global dan domestik yang cenderung stabil dan positif memberikan ruang bagi BI untuk memangkas suku bunga acuan.
"Penurunan ini kita butuhkan dalam rangka mendorong konsumsi dan investasi sehingga bisa membantu pertumbuhan ekonomi," ujar Piter, Kamis (24/10/2019).
Ke depan, pemangkasan suku bunga acuan perlu segera ditransmisikan ke sektor riil agar kebijakan fiskal yang akomodatif juga harus turut mendukung hal tersebut.
"Pemerintah perlu segera mengimbangi dengan kebijakan yang lebih ekspansif. Pemerintah juga perlu segera memperbaiki semua ketentuan yang selama ini menjadi hambatan investasi," ujarnya.
Meski demikian, masih perlu dicatat bahwa masih terdapat anomali pada suku bunga kredit di Indonesia. Penurunan suku bunga acuan biasanya dengan cepat diikuti oleh penurunan suku bunga deposito, tetapi penurunan suku bunga kredit masih cenderung kaku dan lambat dalam bergerak turun.
Kondisi ini timbul akibat likuiditas perbankan yang terlalu ketat dan adanya segmentasi pasar.