Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Artos Indonesia Tbk. memilih selektif dalam penyaluran kredit karena untuk melakukan mitigasi risiko.
Direktur Utama Bank Artos Deddy Triyana mengatakan, perseroan selektif dalam menyalurkan kredit terutama terhadap debitur baru. Hal ini dilakukan manajemen Bank Artos memitigasi risiko munculnya kredit bermasalah.
“Untuk prioritas [penyaluran kredit] pada penambahan fasilitas eksisting dan juga referral dari eksisting debitur. Ini lebih untuk mitigasi risiko di tengah kondisi kebanyakan pengusaha yang masih wait and see untuk melakukan ekspansi usaha saat ini,” ujar Deddy kepada Bisnis, Rabu (23/10).
Bank Artos mengklaim likuiditas mereka masih terjaga hingga kuartal III/2019. Oleh karena itu, sikap selektif dipastikan bukan terjadi karena terganggunya likuiditas perseroan.
Berdasarkan laporan keuangan per semester I/2019, Bank Artos memiliki rasio beban operasional pendapatan operasional (BOPO) yang cukup tinggi yakni 146,64%. Angka loan to deposit ratio (LDR) ARTO juga cenderung rendah yakni 68,33%.
“Permintaan dari pelaku usaha sih masih ada, namun kami mengutamakan paling tidak ada yang mereferensikan [referral] dari eksisting debitur dengan kinerja baik, maupun top up plafon. Untuk [debitur] yang benar-benar baru kami sangat selektif dan mengutamakan dengan nominal tidak terlalu besar,” ujarnya.
Hingga akhir September 2019 nilai kredit yang sudah disalurkan Bank Artos mencapai sekitar Rp390 miliar. Target perseroan hingga akhir tahun adalah penyaluran kredit hingga Rp450 miliar atau tumbuh sekitar 15% secara tahunan.
Bank Artos sendiri hendak menerbitkan maksimal 15 miliar saham baru dengan nominal Rp100 per saham melalui Penawaran Umum Terbatas (PUT) I. Hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue ini akan dilakukan setelah bankir senior Jerry Ng dan pengusaha Patrick Walujo masuk dalam jajaran pemegang saham.
Per 30 Agustus 2019, keluarga Arto Hardy adalah pemilik 80% saham bank. Arto Hardy adalah pemegang saham pengendali dengan kepemilikan 32% saham. Sinatra Arto Hardy, William Arto Hardy, dan Lina Arto Hardy, masing-masing memiliki 13,50%. Sisanya, atau 20% merupakan milik publik dengan kepemilikan di bawah 5%.
Setelah akuisisi rampung, Arto Hardy tidak lagi menjadi pemilik emiten bank berkode ARTO tersebut. Sementara itu, kepemilikan Sinatra, William, dan Lina berkurang menjadi, masing-masing, 1,50%.
Metamorfosis dan Wealth Track, secara berurutan, akan menjadi pemilik 37,65% saham dan 13,35% saham. Publik dengan kepemilkan di bawah 5% naik menjadi 44,50%
Seperti diketahui Jerry dan Patrick akan mengakuisisi 51% saham Bank Artos lewat PT Metamorfosis Ekosistem Indonesia dan Wealth Track Technology Limited.