Bisnis.com, JAKARTA - Laba bersih PT Bank BRI Syariah Tbk. anjlok 62,6% secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp56,46 miliar. Hal itu disebabkan oleh kenaikan beban operasional lainnya yang mencapai 15% yoy menjadi Rp1,7 triliun.
Berdasarkan laporan publikasi bank, beban operasional tersebut naik akibat kerugian penurunan nilai aset keuangan (impairment). Pembiayaan dari piutang naik 191,2% yoy menjadi Rp162,07 miliar, sedangkan pembiayaan bagi hasil tumbuh 101,2% yoy menjadi Rp173,95 miliar.
Seperti diketahui bank hingga September 2019 masih membukukan rasio pembiayan bermasalah di atas industri. Rasio non performing financing (NPF) kotor bank berada pada posisi 4,45%, sedangkan rasio NPF bersih 3,97%. Kendati tinggi, realisasi triwulan ketiga 2019 tersebut masih lebih baik dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Dari sisi bisnis utama, kinerja bank dalam menghimpun cuan tergolong baik. Pertumbuhan pendapatan penyaluran dana naik lebih tinggi dibandingkan dengan bagi hasil untuk pemilik dana investasi.
Pendapatan penyaluran dana bank naik 8,2% yoy menjadi Rp2,5 triliun per September 2019. Pada periode yang sama bagi hasil untuk pemilik dana investasi turun 0,2% yoy menjadi Rp913,8 miliar.
Capaian itu mendorong pendapatan setelah distribusi bagi hasil naik 13,8% yoy menjadi Rp1,6 triliun. Hal ini seiring dengan perbaikan pada rasio net imbalan dari 5,28% pada September tahun lalu menjadi 5,58% pada bulan yang sama tahun ini.
Baca Juga
Adapun merosotnya laba bersih perusahaan membuat sejumlah rasio memburuk. Tingkat pengembalian aset (return on assets/ROA) turun 45 basis poin (bps) menjadi 0,32%, sedangkan tingkat pengembalian modal (return on equity/ROE) merosot 327 bps menjadi 1,60%.
Sementara itu, dari segi fungsi intermediasi, BRI Syariah mencatat pembiayaan naik 20,11% yoy menjadi Rp25,26 triliun. Pertumbuhan ini disokong oleh segmen ritel dan konsumsi yang naik 23,41% yoy.
Direktur Bisnis Ritel BRI Syariah Fidri Arnaldy menjelaskan pembiayaan segmen ritel didominasi oleh pembiayaan modal kerja yang per September tumbuh 30,75% dibandingkan dengan posisi Juni 2019.
Segmen konsumsi, pada periode yang sama, pembiayaan berbasis payroll memberikan kontribusi terbesar. Pembiayaan perumahan tumbuh sebesar 13,06%, sedangkan pembiayaan berbasis payroll, yakni multi faedah dan purna faedah BRI Syariah iB, tumbuh 7,82%.