Bisnis.com, JAKARTA -- Penurunan kinerja PT Bank Tabungan Nagara (Persero) Tbk. pada kuartal ketiga tahun ini semakin dalam.
Laba kinerja yang pada kuartal kedua hanya turun 8,3% (year-on-year/yoy), terperosok 52,9% yoy pada kuartal ketiga tahun ini.
Berdasarkan laporan bulanan BTN (unaudited) per September 2019, laba perseroan hanya tercatat Rp1,05 triliun, turun dari periode sama tahun lalu yang mencapai Rp 2,23 triliun.
Jika ditelisik lebih lanjut, penurunan rentabilitas ini merupakan dampak dari penurunan pendapatan bunga bersih 6,1% yoy menjadi Rp7,08 triliun, yang disertai dengan meningkatnya beban operasional lainnya selain bunga 21,3% yoy menjadi Rp5,71 triliun.
Salah satu komponen penekan paling signifikan adalah beban kerugian penurunan nilai kredit menjadi Rp1,7 triliun, dari periode sama tahun lalu yang hanya Rp731 miliar.
Meski demikian, transmisi fungsi intermediasi BTN masih tetap berada di atas rata-rata industri. Kredit emiten berkode BBTN ini pada sembilang bulan 2019 tercatat Rp231,31 triliun, naik 16,6% yoy.
Baca Juga
Dana pihak ketiga (DPK) juga bergerak dengan kecepatan yang sama. Total DPK pada kuartal ketiga tahun ini tercatat Rp210 triliun, naik 17,3% yoy.
Sebelumnya, Direktur Bank BTN Nixon L.P Napitupulu mengakui pedoman standar akuntansi keuangan (PSAK) 71 tahun depan cukup menantang bagi perseroan.
Oleh karena itu, perseroan tengah mempersiapkan penerbitan obligasi subordinasi atau subdebt pada kuartal keempat tahun ini, dengan total nilai emisi akan berkisar Rp7,5 triliun, yang terdiri dari pinjaman bilateral sebesar Rp3 triliun, dan junior global bond berkisar US$200 juta hingga $US250 juta.
Perseroan berharap peningkatan pencadangan tidak terlalau berdampak pada rasio modal.
"Sebenarnya, modal kami masih cukup. Hanya saja, untuk antisipasi, kami terbitkan subdebt yang kami bagi menjadi dua rupiah dan dolar," katanya dalam public expose Bank BTN, belum lama ini.