Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tiga Debitur Kakap Gagal Bayar, Laba BRI Agro Anjlok

Ada tiga debitur menyumbang lebih dari setengah total kredit bermasalah BRI Agro, yang berasal dari sektor perkebunan sawit dan properti.
Ilustrasi
Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk. menyatakan peningkatan kredit bermasalah menjadi penyebab terbesar anjloknya capaian laba perseroan menutup kuartal III/2019.

Plt. Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk. Ebeneser Girsang mengatakan ada sejumlah debitur besar yang tengah menghadapi kesulitan arus kas sehingga perseroan saat ini fokus melakukan pembenahan.

Perseroan membukukan laba bersih sebesar Rp15,29 miliar per September 2019 atau merosot 90% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, yang tercatat sebesar Rp167 miliar.

"Laba turun 90% menjadi Rp15 miliar karena ada dua tiga nasabah yang sedang dikonsolidasi. Ada masalah yang dihadapi dan sekarang sedang ditangani," katanya, Rabu (27/11/2019).

Ebeneser menyebut debitur tersebut menyumbang lebih dari setengah total kredit bermasalah BRI Agro, yang berasal dari sektor perkebunan sawit dan properti.

Berdasarkan laporan presentasi kuartal III/2019 BRI Agro, segmen ritel dan menengah menyumbang rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) terbesar, yang masing-masingnya tercatat sebesar 9,83% dan 6,49%. Sementara itu, segmen konsumer menyumbang rasio NPL sebesar 4,51%.

Secara rata-rata, NPL gross BRI Agro tercatat di level 7,51% per September 2019. Padahal pada September 2018, NPL BRI Agro tergolong rendah, yaitu di level 2,96%. Di samping itu, NPL BRI Agro secara nett tercatat meningkat dari 1,84% per September 2018 menjadi 4,86% per September 2019.

Di samping peningkatan NPL, perseroan mencatat beban dana (Cost of Fund/CoF) yang meningkat. Pada kuartal III/2019, CoF perseroan tercatat di level 7,47%, naik dari posisi kuartal ketiga tahun lalu sebesar 6,82%.

Meski begitu, Ebeneser mengatakan laba BRI Agro mulai membaik pada Oktober 2019. Perseroan memproyeksikan laba dapat mencapai Rp51 miliar menutup tahun 2019.

"September 2019 kena guncangan sehingga laba turun, tapi posisi Oktober dan November membaik, kami optimis penurunan kemarin 90% bisa membaik turun hingga 70%-75%, kalau sudah mulai rebound, laba akan kembali membaik," kata Ebeneser.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Maria Elena

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper