Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Mega Tbk. melihat perang perebutan dana akan berlanjut. Namun kini bank juga akan berhadapan dengan nonbank.
Direktur Utama Bank Mega Kostaman Thayib menjelaskan bahwa saat ini masyarakat telah mengenal berbagai jenis produk keuangan.
Apabila dahulu deposito menjadi tempat investasi yang populer, kini berbagai produk pasar modal telah menjadi pilihan untuk menempatkan dana.
“Uang itu tidak harus taruh di bank saja. Bisa di saham, reksa dana dan di berbagai lembaga keuangan nonbank,” kata Kostaman saat rapat dengar pendapat dengan Komisi XI DPR di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (28/11/2019.
Selain itu masyarakat juga banyak yang mengambil kesempatan di kala pemerintah gencar mencari dana lewat surat utang. Surat berharga negara tersebut memiliki imbal hasil lebih tinggi dibandingkan dengan deposito.
“Pajak DPK (dana pihak ketiga) 20%. Obligasi 15%. Ini salah satu yang bisa dipertimbangkan,” katanya.
Adapun per September 2019 bank umum kelompok usaha (BUKU) III ini mencatat dana pihak ketiga (DPK) naik 15% secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp66 triliun. Pertumbuhan dana nasabah ditopang oleh naiknya dana mahal yang tumbuh 19% yoy.
Sementara itu, nilai tabungan yang dikelola Bank Mega terhitung naik 6% yoy hingga akhir September 2019. Pada periode yang sama, girotumbuh 4% yoy.
Sementara itu berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), per September 2019 rasio kredit terhadap simpanan (loan to deposit ratio/LDR) industri bank sebesar 93,7%. Meskipun cenderung melonggar dibandingkan dengan bulan sebelumnya, tetapi capaian tersebut masih di atas ambang batas yang ditentukan, yakni 92%.
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memproyeksi LDR pada akhir tahun ini sebesar 96,7%. Pada tahun depan, LPS memproyeksi rasio likuiditas tersebut akan mengetat menjadi 99,5%.