Bisnis.com, JAKARTA – Perkembangan teknologi digital mengubah tatanan kehidupan manusia dalam berbagai aspek. Pergeseran aktivitas dari dunia nyata ke dunia maya pun banyak berubah. Hal itu ditandai dengan meningkatnya pengguna internet.
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) mencatat setiap tahun pengguna internet di Indonesia tumbuh 10,2% atau 27 juta jiwa. Hingga Juni 2019 tercatat sudah 171 juta jiwa pengguna internet di Indonesia.
Sedangkan, “Digital Around The World 2019" mengungkapkan dari total 268,2 juta penduduk Indonesia, 150 juta di antaranya telah menggunakan media sosial. Artinya, penetrasi internet sudah 56%.
Fakta ini menunjukkan kecepatan dan kebebasan mengakses informasi di mana dan kapan saja sudah menjadi kebutuhan mendasar termasuk bagi mereka yang bergerak di bidang agensi asuransi.
Agen asuransi tidak hanya dituntut mampu menjual produk asuransi. Tetapi juga harus piawai dan bergaul erat dengan dunia digital agar tidak tertinggal. Karena itulah, awal tahun ini Manulife Indonesia meluncurkan aplikasi MiLearn.
MiLearn merupakan aplikasi pelatihan digital yang sangat berguna untuk tenaga pemasar baik agen maupun financial specialist Manulife. Mereka dapat meningkatkan keterampilan dan pengetahuan dengan mengakses aplikasi itu setiapsaat, melalui gadget.
Presiden Direktur dan Chief Executive Officer Manulife Indonesia Ryan Charland di Jakarta pekan lalu mengatakan kehadiran MiLearn diharapkan dapat memudahkan tenaga pemasar menjalankan peran mereka memberi solusi perencanaan keuangan profesional dan berkualitas kepada seluruh nasabah.
Manfaat aplikasi MiLearn sangat dirasakan para agen Manulife. “Saya semakin percaya diri setelah menggunakanMiLearn,” ujar Goppy Hutasoit yang menjadi agen Manulife sejak 1 Juli 2005.
Ia mengakui aplikasi MiLearn sangat membantu pekerjaannya. Lewat aplikasi MiLearn, ia bisa belajar kapan saja dan di mana saja. Dia dapat mengikuti semua materi pelatihan dan mengulanginya kembali jika diperlukan tanpa harus bertatap muka dengan trainer di ruang kelas.
“Waktu menjadi efisien. Dulu, harus ikut training tujuh hari dan harus menguasai semua materi.Sekarang, bisa menyesuaikan waktu untuk mempelajari materi pelatihan di aplikasi MiLearn tanpa mengganggu aktivitas kita. Kalau ada yang kelupaan, masih bisa kita pelajari lagi dari tutorial di aplikasi. Ini sangat membuat kita percaya diri saat bertemu calon customer,” tandasnya.
Goppy menambahkan aplikasi itu juga meningkatkan kinerjanya dalam pemasaran produk. “Saya bisa cepat closing,” tambahnya.
Respons Positif
Hal senada disampaikan oleh agen Manulife asal Bandung, Jawa Barat, Fenny Nurhayati. Wanita yang sudah delapan tahun ini menjadi agen Manulife Indonesia tersebut mengakui, kehadiran aplikasi MiLearn ini sangat membantu aktivitasnya sebagai tenaga pemasar Manulife di daerah.
Pasalnya, dengan aplikasi ini, ia sangat terbantu dalam memberikan pelayanan pada nasabah. Aplikasi MiLearn, tutur Fenny sebagaimana keterangan tertulis yang diterima Bisnis.com pada Rabu (15/1/2020), sangat membantunya yang berada di daerah karena ia bisa mengakses materi-materi yang menjadi kebutuhannya setiap saat.
“Di mana pun saya bisa belajar dan tidak terikat waktu lagi seperti training zamandulu yang harushadir di kelas. Kini, dalam perjalanan atau sambil menunggu nasabah, saya bisa akses materi yang saya butuhkan untuk mempelajarinya. Hal ini sangat memudahkan dan mendukung pekerjaan agen,” tandasnya.
Director and Chief Operating Officer Manulife Indonesia Hans De Waal mengatakan aplikasi MiLearn ini merupakan alat untuk membantu para agen dalam melayani nasabah. Dikatakan, saat ini Manulife Indonesia memiliki 2,5 juta nasabah dan 7.000 agen di seluruh Indonesia.
Hans menjelaskan materi dalam aplikasi MiLearnini lebih detail dan komplit. Harapannya, para agen bisa mendapatkan apa yang dibutuhkannya dengan lebih baik sehingga mereka juga bisa memberikan pelayanan yang lebih baik lagi bagi nasabah.
“Kami fokuskan semua layanan ini menjadi satu kesatuan yang menyeluruh yakni melakukan inovasi layanan maupun membekali para tenaga pemasar dan karyawan, sehingga tujuan perusahaan untuk terus memprioritaskan kebutuhan nasabah dapat terus terlaksana,” kata dia.
Menurut Hans, bukti Manulife Indonesia fokus pada nasabah juga terlihat dari jumlah klaim yang dibayar. Berdasarkan data per November 2019, Manulife Indonesia telah membayarkan klaim sebesar Rp 5,3 triliun (un-audited) atau setara dengan Rp 15 miliar per hari atau Rp 608 juta per jam kepada nasabah.
Kendati tidak memasang target khusus terkait peningkatan penjualan, Hans mengakui bahwa dengan adanyafasilitas ini maka para agennya akan mendapatkan materi yang cukup sesuai kebutuhan mereka. “Hal ini pada akhirnya akan meningkatkan penjualan juga,” ujar Hans.
PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia pada tahun 2018 melaporkan perolehan laba sebesarRp 2,6triliun. Pencapaian ini meningkat 170% dibandingkan tahun sebelumnya. Sedangkan, pendapatan premi bersih meningkat 4% menjadi Rp 9,2triliun pada 2018. Selainitu, jumlah ekuitas juga naik sebesar 4% menjadi Rp 11,5triliun.
Sementara itu, klaim yang dibayarkan kepada nasabah mencapai lebih dari Rp 5,5 triliun. Dari jumlah tersebut, Rp 300 miliar dibayarkan untuk klaim kematian, Rp 500 miliar klaim kecelakaan dan kesehatan, Rp 800 miliarklaimjatuh tempo, dan unit link sebesarRp 380 miliar.
Manajemen Manulife Indonesia berharap kehadiran layanan digital MiLearn akan memberikan dampak positif bagi pertumbuhan perusahaan. Selain mampu meningkatkan jumlah nasabah, Ryan juga berharap kehadiran aplikasi MiLearn ini mampu menaikkan angka penjualan Manulife Indonesia tahun ini.