Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. membuka peluang untuk melakukan aksi akuisisi bank skala kecil sebagai strategi pertumbuhan non-organik.
Wakil Direktur Utama BNI Herry Sidharta mengatakan saat ini perseroan akan fokus membenahi kinera di tengah pengetatan likuiditas. Namun tidak menutup kemungkinan manajemen melakukan aksi korporasi berupa akuisisi.
"Sudah ada beberapa calon, tapi dalam kondisi seperti ini kami fokus ke induk dulu, kan likuiditas ketat, kami cari bank buku kecil agak sulit. Setelah kami lakukan perhitungan masih belum memenuhi syarat kami, kalau ada, kemungkinan [akuisisi] tetap terbuka," kata Herry, Selasa (22/1/2019).
Herry menuturkan, secara spesifikasi, perseroan mengincar perusahaan, baik bank maupun perusahaan jasa asuransi, yang memiliki return of equity (RoE) minimal di atas perseroan.
Khusus akuisisi bank, perseroan membidik perusahaan dengan kategori bank umum kegiatan usaha (BUKU) I dan II, untuk membantu memperbesar digitalisasi.
Kendati demikian, kata Herry, digitalisasi masih belum menjadi fokus utama perseroan karena sebagian besar nasabah perseroan masih berasal dari segmen korporasi.
"89% masih di korporasi jadi tidak terlalu urgent. BNI kan kapalnya besar, misalnya corporate banking pendekatannya ada digitalnya tapi tidak sebesar yang kecil seperti konsumer," tuturnya.
Adapun, sepanjang 2019 perseroan membukukan laba bersih Rp15,38 triliun atau tumbuh 2,5% secara tahunan. Capaian tersebut hanya meningkat tipis jika dibandingkan dengan periode 2018, di mana laba bersih perseroan tumbuh sebesar 9,6% yoy.