Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank BRI Syariah menutup 2019 dengan mencatatkan laba bersih senilai Rp74,01 triliun.
Berdasarkan laporan publikasi perseroan, capaian tersebut menurun sebesar 44,02 persen dibandingkan dengan laba bersih pada 2018, yang tercatat senilai Rp106,60 miliar.
Penurunan laba bersih perseroan pada tahun lalu disebabkan oleh kenaikan beban pencadangan, di mana beban cadangan kerugian penurunan nilai aset produktif dan nonproduktif tercatat senilai Rp853,80 miliar atau naik 37,86 persen secara tahunan.
Laba operasional perseroan sebelum pencadangan tercatat sebesar Rp972,18 miliar atau tumbuh 25,16 persen dari tahun sebelumnya yang senilai Rp776,77 miliar.
Dari sisi fungsi intermediasi, perseroan menyalurkan pembiayaan senilai Rp27,38 triliun pada 2019. Nilai tersebut tumbuh 25,29 persen secara tahunan dari Rp21,86 triliun.
Direktur Bisnis Ritel BRI Syariah Fidri Arnaldy mengatakan segmen ritel menjadi penyokong pertumbuhan pembiayaan perseroan.
Baca Juga
Segmen kredit usaha kecil dan menengah, kemitraan, konsumer, serta mikro masing-masing tumbuh 37,47 persen, 28,7 persen, dan 26,09 persen yoy.
"Capaian ini tidak lepas dari berbagai strategi yang diterapkan manajemen pada 2019, antara lain digitalisasi proses bisnis [i-Kurma], rekomposisi sumber daya manusia dari lini support ke lini bisnis, dan rekomposisi portofolio pembiayaan yang fokus pada core bisnis dan memiliki profil risiko rendah," katanya dalam keterangan resmi, Jumat (7/2/2020).
Pada periode yang sama, BRI Syariah menghimpun dana pihak ketiga senilai Rp34,12 triliun, atau meningkat 18,23 persen dari Rp28,86 triliun.
Adapun, aset perseroan tumbuh sebesar 13,74 persen secara tahunan menjadi Rp43,12 triliun dari Rp37,87 triliun pada 2018.