Bisnis.com, JAKARTA - Penyebaran virus corona atau covid-19 semakin meluas di penjuru dunia.
Penyebaran ini pun mempengaruhi kegiatan ekonomi, termasuk industri perbankan. Dalam riset yang dirilis belum lama ini, JP Morgan menyatakan pertumbuhan ekonomi global, emerging market, dan kawasan Asia Pasifik direvisi 10 hingga 30 basis poin lebih rendah secara year to date.
Tantangan yang dihadapi antara lain disrupsi pada rantai pasok barang dan jasa serta pelemahan permintaan. Untuk mengatasinya, berbagai kebijakan moneter, fiskal, dan makroprudensial pun diluncurkan.
Namun, JP Morgan menilai kebijakan ini masih dilakukan secara parsial dan tidak merata, serta butuh jeda waktu hingga hasilnya terlihat. Oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi global pun diperkirakan menurun pada kuartal I tahun ini dan akan berlanjut di kuartal setelahnya.
Beberapa risiko yang membayangi industri perbankan antara lain perlambatan penyaluran kredit, penurunan kualitas aset, dan pengetatan margin bunga bersih.
Berikut potensi dampak penyebaran virus corona terhadap industri perbankan di berbagai negara dan kawasan menurut JP Morgan:
1. Jepang
Untuk bank besar di negara ini, penyaluran kredit keluar negeri masih menjadi penopang pertumbuhan dan biaya kredit saat ini berada dalam level yang rendah. Saat ini, hubungan perdagangan Jepang dan China lebih luas dan dalam dibandingkan dengan saat SARS merebak pada 2003. Dengan demikian, JP Morgan menilai penyebaran virus dengan nama lain covid-19 ini berdampak negatif.
Namun, yang menjadi pertanyaan adalah, apakah dampak negatif ini terbatas? JP Morgan pun melihat saat ini dampaknya terhadap industri bank di Jepang tidak akan signifikan. MUFG diperkirakan menjadi bank yang paling terdampak penyebaran virus corona karena memiliki anak usaha di kawasan Asia Pasifik dan memiliki penyaluran kredit luar negeri yang tinggi.
Dampak yang cukup terlihat juga diperkirakan terjadi untuk Mizuho karena memiliki pertumbuhan penyaluran kredit overseas yang tinggi. Sementara itu, untuk Shinsei dan Aozora diperkirakan dampaknya paling kecil.
2. Australia
Pendapatan bank-bank di Negeri Kanguru relatif tahan terhadap mewabahnya virus corona. Pasalnya, sekitar 65 persen penyaluran kredit bank besar Australia diberikan ke sektor perumahan. Sebesar 15 persen disalurkan ke sektor usaha kecil menengah, di mana dampaknya paling terasa. Sementara itu, pemberian pembiayaan ke sektor pariwisata kecil, misalnya saja porsi kredit ANZ ke sektor ini hanya 1,7 persen dari total.
JP Morgan memperkirakan dampak terhadap kualitas kredit bank di Australia dari penyebaran virus corona hanya minor. Kendati demikian, terdapat potensi Bank Sentral Australia akan memangkas suku bunga acuan.
JP Morgan menyematkan penilaian overweight untuk saham NAB, netral untuk saham ANZ karena memiliki eksposur ke kawasan Asia yang cukup tinggi, dan underweight untuk saham CBA.
3. Asean
Pertumbuhan kredit, pendapatan non bunga dan non bunga bank-bank di kawasan Asia Tenggara diperkirakan bakal melambat. Rasio dana murah di Asean berada di kisaran 48 persen, yang akan mendorong tekanan margin bunga bersih (net interest margin/NIM) seiring dengan pemangkasan bunga. Bank-bank di Singapura, Malaysia, dan Thailand diproyeksikan paling terdampak kebijakan bank sentral untuk menurunkan suku bunga acuan.
Peningkatan rasio kredit bermasalah dan credit costs juga menjadi risiko di tengah penyebaran virus corona, khususnya di sektor food and beverage, pariwisata, supply chain, perkapalan, ritel, dan transportasi domestik.
JP Morgan menyatakan DBS dan OCBS menjadi bank dengan label underweight di kawasan Asean. Bank-bank di Thailand dan Malaysia juga memiliki potensi terdampak, sedangkan bank-bank di Indonesia, Vietnam, dan Filipina relatif overweight.
4. Korea Selatan
Dengan potensi pemangkasan suku bunga acuan oleh Bank of Korea, JP Morgan memperkirakan ekspansi NIM akan delay hingga kuartal akhir tahun ini. Jika situasi semakin memburuk, industri bank di Korsel akan meminta kebijakan tambahan untuk penyaluran kredit ke sektor manufaktur dan UKM, yang terdampak virus corona, dengan suku bunga lebih rendah.
Pertumbuhan kredit diprediksi stabil, tetapi kualitas aset dan marjin akan berada di bawah tekanan. Beberapa sektor seperti manufaktur dan industri yang berhubungan dengan kegiatan outdoor memiliki risiko penurunan kualitas kredit.
JP Morgan pun melihat IBK dan bank regional akan lebih terdampak oleh potensi perlambatan makro. IBK diperkirakan akan menyalurkan kredit lebih banyak ke segmen UKM sebagai kebijakan perusahaan, sedangkan bank regional memiliki eksposure yang relative tinggi ke sektor industri yang rentan di beberapa wilayah. JP Morgan lebih memilih bank nasional dengan portofolio kredit yang lebih seimbang dibandingkan dengan regional bank.
5. China
Dampak pertama penyebaran virus corona terhadap bank-bank di negara asal virus ini akan mempengaruhi NIM dan pertumbuhan pendapatan nonbunga seiring dengan pemangkasan suku bunga acuan. Sementara untuk Hong Kong dan Taiwan pertumbuhan kredit dan pendapatan fee.
Dampak lanjutan akan terlihat pada aset kualitas. Di China, bank-bank mengapdosi perlakuan khusus untuk NPL. JP Morgan melihat tidak akan ada peningkatan signifikan pada rasio NPL, tetapi hal ini bisa berakhir pada trading multiple derating karena harga di pasar memiliki underlying berupa pembiayaan yang berkualitas rendah.
Masalah kualitas aset bank-bank Taiwan akan terbatas pada beberapa sektor, seperti pariwisata, ritel, dan transportasi. Sementara itu, bank-bank Hong Kong kemungkinan menghadapi lebih banyak tantangan dari penyebaran virus corona dan konflik di negara tersebut. Ekonomi Hong Kong juga lebih rapuh karena perlambatan ekonomi China, dibandingkan dengan bank-bank Taiwan.