Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Proyeksi Kinerja Bank Kuartal I/2020, Bisnis Cenderung Moderat

Penyebaran virus corona mempengaruhi penyaluran kredit dan penghimpunan dana bank.
Nasabah bertransaksi di Galeri Anjungan Tunai Mandiri (ATM) di Jakarta, Minggu (29/7/2019). Bisnis/Nurul Hidayat
Nasabah bertransaksi di Galeri Anjungan Tunai Mandiri (ATM) di Jakarta, Minggu (29/7/2019). Bisnis/Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA - Kinerja industri perbankan Tanah Air pada kuartal I/2020 diperkirakan cenderung moderat di tengah perlambatan ekonomi akibat penyebaran virus corona (covid-19).

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. misalnya, memproyeksikan pertumbuhan bisnis pada kuartal I/2020 akan lebih moderat dari target yang ditetapkan. Perseroan menargetkan pertumbuhan kredit pada 2020 akan mencapai 10 persen sampai 11 persen.

Direktur Keuangan BRI Haru Koesmahargyo mengatakan di tengah perlambatan ekonomi dunia akibat penyebaran corona, perseroan akan lebih selektif dalam menyalurkan kredit dan lebih fokus dalam menjaga kualitas kredit.

Sementara itu, dari sisi likuiditas, BRI optimistis likuiditas masih dapat terjaga dengan baik di level 90 persen plus minus 2 persen, atau dalam rentang 88 persen hingga 92 persen. Optimisme tersebut lantaran saat ini Bank Indonesia telah mengeluarkan kebijakan yang memangkas giro wajib minimum (GWM).

Menurutnya, sebagai upaya mitigasi risiko akibat penyebaran corona, perseroan telah melakukan berbagai upaya, yakni memastikan business continuity plan (BCP) berjalan dengan baik, memastikan kondisi likuiditas terjaga, hingga menjaga posisi devisa netto untuk meminimalkan dampak volatilitas kurs.

Selain itu, BRI juga meningkatkan monitoring kredit termasuk upaya penyelamatan/restrukturisasi kredit.

Rencana BRI yang akan melakukan buyback saham sebesar Rp3 triliun secara bertahap dari 13 Maret sampai dengan 12 Juni 2020 dinilai akan mampu mendorong kinerja.

"Langkah ini diharapkan mampu memberikan stimulus perekonomian dan mengurangi dampak pasar yang berfluktuasi secara signifikan," katanya, Rabu (18/3/2020).

Direktur Finance & SPAPM PT Bank CIMB Niaga Tbk. Lee Kai Kwong mengatakan perseroan tidak menampik penyaluran kredit cenderung flat. Begitu juga dengan penghimpunan dana murah maupun perolehan pendapatan komisi (fee income) akan mengalami sedikit penyesuaian.

Menurutnya, saat ini pihaknya telah melakukan berbagai stimulus keuangan di tengah wabah virus corona. CIMB Niaga mengaku telah melakukan stress test untuk likuiditas dan kecukupan modal terkait dampak virus Corona terhadap kondisi Bank.

CIMB Niaga mengidentifikasi potensi industri-industri yang mungkin akan terkena dampak virus corona seperti hospitality & leisure, manufacture, maupun sektor lainnya. Selain itu, perseroan mengaku telah melakukan mitigasi terhadap potensi tersebut.

"Saat ini kami terus memantau perkembangan berita di dalam maupun luar negeri serta peraturan atau imbauan Pemerintah terkait hal ini," katanya.

Direktur Utama Bank Mandiri Royke Tumilaar belum mau berkomentar banyak mengenai proyeksi penurunan laba pada kuartal I/2020 lantaran periode tersebut belum genap berakhir. Hanya saja, dia memastikan likuiditas Bank Mandiri masih terjaga.

Sebaliknya, Bank Mandiri saat ini lebih dihadapkan pada rendahnya penyaluran kredit.

"Maret belum selesai, likuiditas aman, namun ekspansi kredit slow," katanya.

Senada, Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk. Jahja Setiaatmadja juga mengatakan saat ini likuditas masih terjaga. Rasio kredit terhadap pendanaan (loan to deposit ratio/LDR) BCA saat ini yakni sebesar 78 persen.

Hanya saja dia tidak memberikan komentar lebih lanjut mengenai proyeksi kinerja pada kuartal I/2020 di tengah wabah covid-19.

"Aman banget [likuiditas] LDR [loan to deposit ratio] 78 persen, super likuid," katanya.

Executive Vice President Secretariat & Corporate Communication BCA Hera F Haryn mengatakan kinerja perseroan tetap solid di tengah konsumsi domestik yang moderat dan ketidakpastian global yang masih berlanjut.

Selama 2019, BCA berhasil mencatatkan kenaikan laba sebelum provisi dan pajak penghasilan (PPOP) sebesar 15,5 persen yang ditopang oleh pertumbuhan laba operasional sebesar 13,6 persen.

Di sisi lain, sepanjang tahun 2019 lalu, rasio NPL gross BCA menurun menjadi 1,3 persen dari periode sebelumnya sebesar 1,4 persen.

"BCA akan senantiasa mencermati kondisi, meningkatkan kerja sama, berkoordinasi, dan berkonsultasi dengan regulator serta stakeholder dalam menghadapi perkembangan pasar terkini," katanya.

Presiden Direktur PT Bank Mayora Irfanto Oeij mengatakan saat ini likuiditas masih mencukupi. Namun, target laba belum terpenuhi sesuai proyeksi seiring penyaluran kredit yang masih terhambat oleh kondisi global dan nasional.

Menurutnya, Bank Mayora memilih hati-hati dalam pemberian kredit karena banyak sektor terdampak covid-19. Di samping itu, permintaan kredit juga cenderung menurun sehingga saat ini posisi penyaluran pinjaman dipastikan tidak on the track.

"Bank saat ini memanfaatkan relaksasi dari pemerintah khususnya untuk restrukturisasi pada sektor yang terdampak untuk menjaga kinerja keuangan perusahaan," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper