Bisnis.com, JAKARTA -- PT Bank China Construction Bank Indonesia Tbk. atau CCB Indonesia bakal melakukan penggalangan dana melalui hak memesan efek terlebih dahulu atau rights issue dengan jumlah dana yang akan dihimpun sebanyak-banyaknya Rp3,19 triliun.
Emiten berkode saham MCOR itu menyampaikan prospektus ringkas rencana penawaran umum terbatas (PUT) V di laman Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (15/4/2020).
Setiap pemegang 100 saham lama perseroan yang namanya tercatat dalam daftar pemegang saham perseroan pada 22 Juni 2020 berhak atas 128 HMETD. Setiap 1 HMETD berhak membeli 1 saham baru dengan harga pelaksanaan Rp150 per saham.
Apabila dana hasil PUT V sebanyak-banyaknya mencapai Rp3,15 triliun masuk ke komponen modal maka posisi modal inti perseroan akan naik menjadi Rp5,51 triliun. Perseroan akan melaporkan secara periodik realisasi penggunaan dana hasil PUT V ini kepada OJK sesuai dengan Peraturan OJK No. 30/2015.
Jika menyelisik prosketus sebelumnya, tidak banyak perubahan yang terjadi. Hanya saja, harga saham penawaran saat itu adalah Rp139.
Dalam penawaran umum terbatas kali ini, perseroan menerangkan setiap pemegang saham akan menyerap haknya masing-masing.
Adapun, pemegang saham saat ini antara lain China Construction Bank Corporation (60,00 persen), Johnny Wiraatmadja (21,32 persen), Kiki Hamidjaja (5,21 persen), dan Masyarakat (13,47 persen).
"Berdasarkan Surat Pernyataan tanggal 27 Februari 2020, CCB Corporation menyatakan akan melaksanakan seluruh haknya sesuai dengan porsi kepemilikan sahamnya dalam Perseroan, yakni komitmen pemegang saham utama," sebut perusahaan tersebut dalam prospektus tersebut.
Namun, seperti tahun lalu, jika pemegang saham lain tidak menggunakan haknya, maka PT Sinar Mas Multiartha Tbk. akan bertindak sebagai pembeli siaga dan mengambil seluruh sisa Saham Baru tersebut.
Dengan demikian, kepemilikan saham menjadi CCB Corporation (60,00 persen), Johnny Wiraatmadja (9,35 persen), Kiki Hamidjaja (2,29 persen), Pembeli Siaga (22,46 persen), dan Masyarakat (5,91 persen).
Lalu seberapa kuat kemampuan modal dan finansial dari pemegang saham utamanya?
Marolop Alfred Nainggolan, Kepala Riset PT Koneksi Kapital menilai penundaan penambahan modal baru hanya menunggu momentum.
Induk MCOR disebutnya memiliki kemampuan yang cukup kuat untuk memberi dukungan penuh kepada bank yang masih termasuk dalam Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) II ini.
"Kalau soal kemampuan, rasanya tidak ada masalah dengan induk usahanya. Bahkan jika diperlukan CCB bisa saja menyerap semuanya tanpa Sinarmas," katanya, Kamis (16/4/2020).
Berdasarkan annual report CCB Corporation, total aset per akhir 2019 tercatat 25,43 triliun RMB, naik 9,53 persen secara tahunan, sedangkan modal tercatat 2,21 triliun RMB naik 12,13 persen secara tahunan.
Perseroan pun tampak memiliki kinerja kredit yang baik dengan rasio kredit bermasalah di posisi 1,42 persen, tak berubah banyak dari 2018.
Dengan performa tersebut, laba bersih perusahaan tercatat 269,22 miliar RMB naik 5,32 persen secara tahunan. Laba tersebut memposisikan return on average equity di level 13,18 persen.
Alfred menyebutkan harga eksekusi saat ini juga tidak tergolong mahal karena masih di bawah 1 kali. "Dulu sebelum krisis, harga pelaksanaan itu di atas 2 kali harga buku, setelah krisis juga masih di atas 1 kali harga buku. Harga 150 masih terjangkau," katanya.
Adapun, harga saham MCOR (16/4/2020) berada pada 114, turun 12,31 persen dari posisi awal 2020. Rasio harga saham dengan laba bersih per saham (price earning ratio/PER) berada pada 22,53 kali, sedangkan rasio harga saham per nilai buku (price to book value/PBV) tercatat sebesar 0,73 kali.
Ekonomi memang masuk dalam kategori waspada lantaran pandemi virus corona. Akan tetapi, optimisme jajaran pengurus MCOR menunjukkan adanya momentum perbaikan dalam waktu dekat, yang membutuhkan modal yang cukup untuk mempercepat transmisi bisnisnya.