Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BCA Tak Pernah Rilis Obligasi. Ini Alasannya

Masyarakat dinilai tetap menempatkan dananya di Bank BCA, dalam bentuk tabungan, deposito, maupun giro
Nasabah melalukan transaksi lewat mesin anjungan tunai mandiri (ATM) milik PT Bank Central Asia Tbk (BCA) di Jakarta, Senin (9/7/2018). Bisnis/Nurul Hidayat
Nasabah melalukan transaksi lewat mesin anjungan tunai mandiri (ATM) milik PT Bank Central Asia Tbk (BCA) di Jakarta, Senin (9/7/2018). Bisnis/Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Central Asia Tbk. menyatakan selama ini tidak pernah menerbitkan obligasi atau surat utang di pasar modal.

Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan hingga saat ini himpunan dana masyarakat masih terus bertumbuh, sehingga perseroan tidak berniat untuk menerbitkan obligasi.

Bahkan, masyarakat dinilai tetap menempatkan dananya di Bank BCA, dalam bentuk tabungan, deposito, maupun giro. Menurutnya, selama ini, Bank BCA tidak pernah menerbitkan obligasi karena pendanaan perseroan selalu bersumber dari dana pihak ketiga yang ditempatkan masyarakat.

"Dana murah [masih] meningkat, cuma tidak terlalu besar. Mungkin yang dapat bonus dan THR tetapi tidak jadi jalan-jalan, jadi ditabung," katanya, Senin (27/4/2020).

Berdasarkan laporan bulanan Bank BCA pada Februari 2020, jumlah penempatan DPK dalam bentuk tabungan mencapai Rp352,794 triliun atau naik 11 persen dibandingkan dengan bulan yang sama tahun lalu.

Penempatan giro juga mengalami pertumbuhan pada Februari 2020 sebesar 13,55 persen dibandingkan bulan sama tahun lalu menjadi Rp186,809 triliun.

Sementara itu, simpanan berupa deposito tercatat senilai Rp165,28 triliun naik 14,17 persen dari periode yang sama tahun lalu senilai Rp144,76 triliun.

Menurutnya, peningkatan dana murah juga terjadi karena Bank BCA yang memberikan layanan digital. Sebagai digital bank, penempatan dana murah yakni tabungan dan giro di tengah pembatasan sosial masih bisa diharapkan.

Bank BCA, lanjutnya, akan terus mendorong fungsi intermediasi dengan menyalurkan kredit. Meskipun saat ini permintaan kredit lesu, diyakini dalam waktu mendatang permintaan kredit pasti akan bertumbuh dari sejumlah sektor misalnya kelistrikan, jalan tol, pabrik obat, maupu pabrik vitamin.

"Untuk yang bagus-bagus seperti food, packaging, logistic company bisa diberi kredit," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper