Bisnis.com, JAKARTA - PT Asuransi Allianz Life Indonesia menyatakan sepanjang kuartal I/020, kinerja unit usaha Syariah melemah akibat penyebaran pandemi virus Corona (Covid-19).
Pimpinan unit usaha Syariah Allianz Life Indonesia Yoga Prasetyo menjelaskan dari data perseroan, kinerja syariah sempat mengalami pertumbuhan di awal tahun.
"Sampai Januari, Allianz Syariah masih mencatatkan pertumbuhan, hingga akhir kuartal pertama secara kumulatif sedikit lebih rendah daripada tahun lalu," ujarnya tanpa merinci nilai penurunan yang dimaksud, Jumat (1/5/2020).
Yoga menilai turunnya kinerja unit syariah disebabkan salah satu dampak dari Covid-19 yang berpengaruh terhadap beberapa aspek, mulai dari daya beli dan prioritas yang sedikit turun dari sisi market.
Kondisi lainnya yang ikut berdampak pada kinerja yakni keterbatasan pertemuan tatap muka antara tenaga pemasar dengan konsumen, sesuai dengan imbauan social distancing atau penerapan kebijakan pembatasan sosial berskala besar di beberapa wilayah di Tanah Air.
Meski demikian, pihaknya tetap mengimbau kepada para tenaga pemasar untuk memanfaatkan layanan digital Allianz, sehingga dapat tetap memberikan proteksi dan layanan kepada nasabah di tengah pandemi ini.
Baca Juga
Selain itu, selama Ramadan tahun ini, Allianz Life syariah juga telah menyiapkan strategi pemasaran dengan meluncurkan program kampanye baru.
"Dalam kondisi sekarang ini dan bertepatan dengan Ramadan, kami meluncurkan campaign #AwaliDenganKebaikan. Campaign ini bertujuan memperkuat nilai dari asuransi syariah sebagai mekanisme untuk berbagi kebaikan dan mendapatkan kebaikan," ujarnya.
Langkah tersebut dilakukan pihaknya, karena meyakini kondisi pandemi saat ini membuat kesadaran masyarakat terhadap perlindungan jiwa dan kesehatan mengalami peningkatan.
Adapun menurut data Allianz Life, hingga akhir Desember 2019 lalu perusahaan secara keseluruhan memiliki dana kelolaan (asset under management/AUM) sebesar Rp40,18 triliun. Jumlahnya meningkat 13,7 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp35,3 triliun. Dari jumlah itu portofolio produk unit-linked fixed income mencapai 38,76 persen.