Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Risiko Likuiditas Ketat, Margin Bank Diproyeksi Masih Tertekan

Ekonom menilai beban bunga perbankan pada tahun ini mengalami peningkatan.
Ilustrasi Bank/Istimewa
Ilustrasi Bank/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Ekonom Bank Permata Josua Pardede memproyeksikan penurunan suku bunga perbankan pada kuartal kedua tahun ini tidak akan terlalu signifikan mengingat potensi risiko likuiditas yang mengetat.

Menurutnya, penurunan suku bunga perbankan lebih kepada adanya transmisi dari penurunan suku bunga acuan pada bulan Februari dan Maret lalu.

Josua menjelaskan beban bunga sektor perbankan cenderung meningkat dalam 3 tahun terakhir, khususnya pada akhir 2019, di mana beban bunga perbankan tumbuh sekitar 20 persen yoy, yang dipengaruhi oleh peningkatan beban bunga kepada pihak ketiga (DPK).

Dari beban bunga yang dibayarkan untuk DPK, beban bunga simpanan berjangka berkontribusi sekitar 75 persen-77 persen dari total keseluruhan. Josua pun memperkirakan beban bunga perbankan pada tahun ini masih akan mengalami peningkatan.

"Potensi beban bunga khususnya pada 2020 ini berpotensi meningkat, khususnya di tengah ekspektasi perlambatan pertumbuhan kredit perbankan sejalan dengan ekspektasi melambatnya pertumbuhan ekonomi domestik yang terdampak oleh Covid-19," katanya kepada Bisnis, Senin (11/5/2020).

Potensi peningkatan beban bunga perbankan menurut Josua juga mengindikasikan risiko likuditas perbankan yang cenderung mengetat mengingat respons kebijakan pemerintah terkait pelebaran defisit APBN pada tahun ini berpotensi mendorong peningkatan penerbitan SBN yang selanjutnya berpotensi meningkatkan risiko peralihan dari dana deposito ke surat utang negara.

Selain itu, kondisi likuiditas perbankan yang mengetat juga dipengaruhi oleh kebijakan restrukturisasi yang dikeluarkan oleh OJK yang diharapkan dapat menjaga kualitas aset perbankan, tetapi juga berpengaruh pada likuiditas perbankan.

"Dengan semakin ketatnya kondisi likuiditas, penurunan suku bunga deposito diperkirakan tidak akan terlalu signifikan pada kuartal II/2020, meskipun Bank Indonesia sudah menurunkan suku bunganya sebanyak 50 bps ke level 4,50 persen," tutur Josua.

Oleh karena tidak terlalu signifikannnya penurunan suku bunga deposito disertai pendapatan bunga yang cenderung tergerus akibat Covid-19, Josua memperkirakan pada 1-2 kuartal ke depan sektor perbankan di Tanah Air masih akan menghadapi tren penurunan margin bunga bersih (NIM).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper