Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

New Normal Jadi Momentum Bank Digital

Dengan pandemi yang pada akhirnya menuntun ekonomi ke kenormalan baru, perbankan dapat memaksimalkan potensi digital banking dengan transaksi nontunai dan interaksi nonfisik yang lebih kuat.
Petugas Bank Indonesia (BI) Tegal mempraktekkan cara melakukan pembayaran melalui aplikasi uang elektronik server based, dompet elektronik dan mobile banking saat peluncuran dan implementasi QR Code Indonesian Standard (QRIS) untuk desa wisata di Pasar Slumpring, Desa Cempaka, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Minggu (16/2/2019). ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah
Petugas Bank Indonesia (BI) Tegal mempraktekkan cara melakukan pembayaran melalui aplikasi uang elektronik server based, dompet elektronik dan mobile banking saat peluncuran dan implementasi QR Code Indonesian Standard (QRIS) untuk desa wisata di Pasar Slumpring, Desa Cempaka, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Minggu (16/2/2019). ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah

Bisnis.com, JAKARTA - Protokol kenormalan baru (new normal) diperkirakan akan semakin optimal dengan dorongan digital banking yang sudah cukup masif dikembangkan perbankan beberapa tahun terakhir.

Rektor Universitas Indonesia Ari Kuncoro menjelaskan nasabah perbankan di Tanah Air masih belum sepenuhnya percaya pada sistem digital perbankan dan masih sangat membutuhkan benda benda fisik seperti uang dan mesin atm di sekitarnya.

Namun, dengan pandemi yang pada akhirnya menuntun ekonomi ke kenormalan baru, perbankan justru dapat memaksimalkan potensi digital banking-nya dengan transaksi nontunai sekaligus interaksi nonfisik yang lebih kuat.

"Kalau dilihat secara general, normal baru ini akan bagus. Ini akan jadi momentum untuk evolusi ke bank digital, yang akan membantu peningkatan efisiensi operasional ke depannya," katanya, Selasa (27/5/2020).

Meski demikian, Wakil Komisaris Utama/Komisaris Independen PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. ini pun mengakui kinerja tidak akan meningkat secara signifikan pada awal era normal baru semester kedua tahun ini.

Fungsi intermediasi perbankan masih perlu menunggu pemulihan kinerja sektor riil terlebih dahulu untuk menjamin pertumbuhan yang berkualitas.

"Masyarakat pun juga masih perlu waktu untuk meningkatkan konsumsinya lantaran produk dan layanan yang nantinya akan lebih mahal, sehingga penyaluran kredit juga tidak akan begitu cepat," jelasnya.

Sebelumnya, Direktur Finance, Planning, & Treasury PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Nixon L. P. Napitupulu mengatakan perseroan fokus melakukan efisiensi lantaran tekanan ekonomi dari pandemi virus corona. Namun, upaya untuk pengembangan teknologi masih akan tetap dipertahankan terutama dalam menyambut era normal baru tahun ini.

"Teknologi terkait transaction banking, seperti penyempurnaan mobile banking untuk consumer, internet banking untuk tabungan bisnis, maupun cash management masih akan kami pertahankan," katanya.

Meski demikian, Nixon mengatakan anggarannya mengkin tetap akan dipotong dari awalnya Rp500 miliar. "Kami tetap fokus ke transaction banking yang digital. Namun yang tidak terkait bisnis kami review. Ada potensi ke arah pemanggkasan anggaran itu. Nanti kami sampaikan saat revisi target bisnis," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : M. Richard
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper