Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Disuntik Dana Rp30 Triliun, Saham Bank BUMN Malah Lemas

Pada sesi I hari ini, 4 saham perbankan BUMN mendarat di zona merah, kendati mendapat suntikan dana Rp30 triliun dari pemerintah.
Karyawan menghitung uang pecahan Rp100.000 disalah satu kantor cabang milik PT Bank Mandiri (Persero) Tbk yang ada di Jakarta, Senin (7/10). Bisnis/Nurul Hidayat
Karyawan menghitung uang pecahan Rp100.000 disalah satu kantor cabang milik PT Bank Mandiri (Persero) Tbk yang ada di Jakarta, Senin (7/10). Bisnis/Nurul Hidayat

Bisnis.com, PEKANBARU – Saham-saham empat perbankan BUMN parkir di zona merah pada akhir perdagangan sesi I hari ini. Padahal, Kementerian Keuangan baru saja mengumumkan suntikan likuiditas senilai Rp30 triliun kepada Bank Mandiri, Bank BRI, Bank BTN, dan Bank BNI.

Pada sesi I hari ini, saham PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) melemah 3,30%, saham PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI) turun 2,95%, saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) susut 1,28%, dan saham PT Bank Tabungan Indonesia Tbk. (BBTN) terdepresiasi 1,23%.

PT Indo Premier Sekuritas mempertahankan rekomendasi netral untuk saham-saham perbankan setelah Kementerian Keuangan memberikan stimulus Rp30 triliun ke bank himpunan milik negara (Himbara).

Jovent Muliadi, Head of Research Indo Premier Sekuritas, menuliskan dalam risetnya tertanggal 24 Juni 2020 bahwa stimulus tersebut merupakan perkembangan paling positif bagi industri perbankan.

Namun, setimulus yang akan diberikan senilai Rp10 triliun masing-masing ke Bank BRI dan Bank Mandiri selanjutnya Rp5 triliun masing-masing untuk Bank BNI dan Bank BTN tersebut dinilai tak cukup dibandingkan nilai restrukturisasi yang diproses bank.

“Empat bank BUMN mungkin butuh likuiditas senilai Rp150 triliun, besar sekali bahkan kalau stimulus kali ini diberikan 3 kali [menjadi Rp90 triliun], yang mana menurut kami juga tidak mungkin,” tulis Jovent, seperti dikutip pada Rabu (25/6/2020).

Per Mei 2020, ke-empat bank pelat merah tersebut telah merestrukturisasi pinjaman senilai Rp490 triliun. Sementara itu, lanjut Jovent, perbankan juga masih harus menyisihkan modal kerja senilai 25%-30% dari nilai pinjaman awalnya untuk melanjutkan operasional.

“Angka kami untuk 4 perbankan BUMN adalah 37%-64% di bawah konsensus yang mencerminkan risiko penurunan pendapatan,” tulis Jovent.

Lebih lanjut, Jovent menilai penempatan uang negara senilai Rp30 triliun ke bank BUMN dalam rangka Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) melalui PMK No.70/2020 tersebut lebih simpel dan langsung ketimbang regulasi sebelumnya seperti PP No.23 dan PP No.64.

Adapun suntikan dana tersebut memperlihatkan komitmen pemerintah untuk membantu likuiditas perbankan untuk memulihkan ekonomi pascarestrukturisasi.

Selain itu, kemungkinan dilusi merger dan akuisisi dari bank pelat merah pun menjadi berkurang. Pasalnya, Menkeu Sri Mulyani telah menegaskan bahwa suntikan likuiditas ini dimaksudkan untuk segera disalurkan menjadi pinjaman ke sektor riil.

Selanjutnya, stimulus ini dapat disalurkan ke bank komersil yang setidaknya memiliki tingkat kesehatan di level 3 dan mayoritas kepemilikannya tidak dimiliki oleh asing.

Adapun, dana suntikan likuiditas tersebut juga tidak boleh digunakan bank untuk membeli obligasi pemerintah maupun valuta asing.

Hal tersebut, kata Jovent, seharusnya mengurangi kekhawatiran penyaluran kredit ke bank yang bermasalah.

Head ETF Desk Indo Premier Sekuritas Alexander Salim menambahkan sektor perbankan masih menarik karena saat ini diperdagangkan pada valuasi yang menarik sebesar 1,5 kali P/BV.

Produk reksa dana ETF (exchange-traded fund) yang berbasis saham-saham perbankan pun masih direkomendasikan seperti XIML (MSCI Indo Large Cap), XISR (SriKehati), XIPI (Pefindo I-Grade), dan XIIF (Indo Financial).

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper