Bisnis.com, JAKARTA - Direktur Utama PT Permodalan Nasional Madani (Persero) atau PNM Arief Mulyadi optimistis penyertaan modal negara (PMN) Rp1 triliun yang diterima PNM akan mampu disalurkan dalam waktu singkat, yakni antara 10-14 hari.
Optimisme itu, kata dia, lantararan melihat permintaan pembiayaan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) mulai bangkit kembali, khususnya yang tergabung dalam dalam program Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera (PNM Mekaar). Permintaan kredit sempat melemah akibat pandemi Covid-19.
"Mengacu pada realisasi penyaluran pembiayaan PNM Mekaar di bulan Juni [2020] saja Rp1 triliun, dan kemudian selama 10 hari pada awal Juli 2020 sudah tersalurkan Rp700 miliar, kemungkinan dana [PMN] Rp1 triliun tersebut bisa kami realisasikan dalam waktu yang tidak lebih dari dua minggu," jelas Arief dalam rapat dengar pendapat (RDP) bersama Komisi VI DPR RI, Selasa (14/7/2020) malam.
Arief menjelaskan bahwa suntikan modal negara sebesar Rp1 triliun tersebut akan dikembangkan hingga 7-7,5 kali lipat. Dengan estimasi plafon pinjaman rata-rata sebesar Rp3 juta per nasabah, maka dengan dana tersebut diperkirakan ada sekitar 2,5 juta nasabah baru PNM Mekaar yang dapat dibiayai.
Seperti diketahui, pemerintah mengamanatkan modal negara untuk PNM untuk mendorong percepatan pemulihan ekonomi nasional. PNM menjadi satu dari tiga BUMN yang mendapat suntikan modal dengan nilai total Rp14,13 triliun.
Lebih lanjut, Arief memaparkan bahwaa PNM pun memang tengah membutuhkan sokongan likuiditas agar dapat menggenjot penyaluran pembiayaan.
Per Desember 2019, jumlah pembiayaan yang disalurkan PNM mencapai Rp19 triliun. Namun, per Juni 2020, setelah Covid-19 melanda Indonesia, nilainya turun menjadi Rp17,1 triliun. Secara khusus pada periode Maret, ada penurunan outstanding pembiayaan sebesar Rp1 triliun.
Baca Juga
Sementara itu, jumlah nasabah aktif khusus program PNM Mekaar juga mengalami penurunan dari sebelumnya sebanyak 6,4 juta pada Maret 2020 menjadi 6,1 juta nasabah per Juni 2020, atau berkurang sekitar 300.000 nasabah.
"Posisi Juni [2020] ini terjadi penurunan karena ada yang jatuh tempo tidak bisa kita biayai lagi, keterbatasan dana yang kami miliki membuat kami harus memprioritaskan untuk membayar kewajiban-kewajiban kami kepada pihak ketiga, baik investor maupun lender," jelasnya.
Namun demikian, Arief menjelaskan 300.000 nasabah aktif yang belum bisa dibiayai ini tetap diberikan pembinaan dan komunikasi oleh PNM. Supaya ke depan ketika kondisi ekonomi membaik, para pelaku UMKM ini bisa dibiayai lagi.