Profil Pemegang Polis
Kedua perusahaan sama-sama mencatatkan defisit atau mismatch antara aset dan liabilitas hingga puluhan triliun. Secara nominal, defisit ekuitas Jiwasraya lebih besar dibandingkan dengan Bumiputera.
Berdasarkan laporan keuangan 2019 audited, Jiwasraya mencatatkan ekuitas negatif Rp34,61 triliun. Posisi aset perseroan pada akhir tahun lalu sebesar Rp18,13 triliun sedangkan kewajiban atau liabilitasnya berada di angka Rp52,74 triliun.
Angka Rp18 triliun merupakan utang klaim Jiwasraya yang telah jatuh tempo, sedangkan total liabilitas dari seluruh polis lebih dari tiga kali lipat utang klaim itu. Dalam kondisi tersebut, total aset Jiwasraya saja tidak mencukupi untuk membayar semua utang klaim jatuh tempo.
Sementara itu, belum terdapat data kondisi keuangan terbaru dari Bumiputera, seiring belum kunjung tuntasnya audit laporan keuangan perseroan. Meskipun begitu, Faizal menjelaskan bahwa posisi defisit ekuitas saat ini lebih dari Rp20 triliun.
Data kondisi keuangan Bumiputera teranyar yang diperoleh Bisnis.com adalah pada tahun buku 2018. Saat itu Bumiputera mencatatkan ekuitas negatif Rp20,72 triliun, dengan posisi aset Rp10,27 triliun dan liabilitasnya Rp31 triliun.
Perusahaan asuransi memiliki nilai kewajiban atau tanggung jawab pembayaran klaim dari setiap polisnya. Gagal bayar terjadi saat kewajiban itu tidak mampu lagi dipenuhi oleh aset perseroan, seperti halnya yanng terjadi di Jiwasraya dan Bumiputera.
Dalam kondisi tersebut, Jiwasraya masih bisa memperoleh pendapatan premi baru melalui produk unit-linked. Lain halnya dengan Bumiputera, yang menurut Faizal sudah tidak bisa menjual polis baru karena kehabisan blangko polis.