Bisnis.com, JAKARTA -- Standard Chartered Bank mendapati bahwa pandemi Covid-19 berpengaruh signifikan terhadap keuangan pribadi secara global.
Berdasarkan hasil survei Standard Chartered Bank (SCB), sekitar 50% responden dari Indonesia telah mengalami penurunan penghasilan. Lebih dari setengahnya mengantisipasi pandemi ini akan berpengaruh terhadap penghasilan dan/atau pekerjaan mereka secara lebih lanjut.
Namun demikian, Indonesia termasuk negara yang orang-orangnya cukup percaya diri, yakni dengan persentase 85% responden yakin memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk berkembang di masa depan yang semakin mengarah ke digital. Adapun secara global, jumlah responden dengan keyakinan tersebut hanya sebesar 77%.
Lebih lanjut, sebanyak 83% responden dari Indonesia merasa memegang kendali atas keuangan pribadi mereka, lebih tinggi dari angka global 68%. Angka ini pun merupakan yang tertinggi dibandingkan negara-negara lain yang disurvei.
Kaum muda yakni dari kelompok usia 18-34 tahun, serta responden yang tinggal di negara berkembang, termasuk kalangan yang paling percaya diri akan keterampilan mereka dan siap untuk bekerja paling keras untuk merealisasikan peluang di dunia pasca Covid-19.
Berdasarkan siaran pers SCB (6/8/2020), studi tersebut dilakukan secara daring dengan durasi 10 menit terhadap 12.000 responden dewasa. Survey berlangsung pada 3-6 Juli 2020 di 12 negara seperti Hongkong, Taiwan, RRT, Singapura, Indonesia, Malaysia, India, Uni Emirat Arab, Kenya, Pakistan, Inggris, dan AS.
Baca Juga
Studi ini menawarkan pandangan terhadap kesejahteraan finansial mereka dan prospek pekerjaan di masa sulit ini dan bagaimana bank-bank berperan dalam membantu mereka mengelola keuangan mereka.
Hasil survei menunjukkan perbedaan yang mencolok antara realitas keadaaan keuangan yang dihadapi orang-orang dan kepercayaan diri mereka terhadap masa depan. Hal ini dapat dijelaskan dengan kemauan-terutama kaum muda dan mereka yang berada di negara berkembang- untuk bekerja lebih keras, mengambil langkah-langkah untuk menyesuaikan aliran pendapatan dan bila memungkinkan belajar keterampilan untuk mendapatkan pendapatan yang lebih banyak.
"Orang-orang muda di seluruh dunia telah sangat terpukul oleh dampak ekonomi dari pandemi ini. Banyak dari mereka status pekerjaannya tidak aman, atau baru lulus dan diperhadapkan pada kondisi pasar kerja yang sulit. Namun, kepercayaan diri, kemampuan beradaptasi, dan kesediaan mereka untuk bekerja keras, terutama di negara-negara yang tumbuh cepat, memberikan harapan bagi pemulihan pascapandemi," kata Ben Hung, CEO of Retail Banking and Wealth Management and Regional CEO for Greater China & North Asia, Standard Chartered.
Sebanyak 80% responden Indonesia di usia 18-44, dan 77% di usia di atas 45 tahun, lebih cenderung mempertimbangkan membuka usaha baru untuk meningkatkan pendapatan. Angka ini jauh dibandingkan dengan angka secara global yakni hanya 46%. Kemudian, sebanyak 87% responden Indonesia di usia 25-34 tahun berminat untuk punya pendapatan kedua, juga di atas angka global yakni sebesar 75%.
Lalu, sebanyak 82% responden Indonesia di usia 18-44 tahun berminat belajar keterampilan baru, di atas angka global yang hanya 77%. Terakhir, sekitar 80% responden Indonesia memilih untuk bekerja lebih keras untuk dapat lebih maju, dibandingkan harus mengurangi waktu kerja dengan bayaran yang lebih sedikit.
Dalam hal pengelolaan keuangan pribadi, sebanyak 83% responden Indonesia merasa memegang kendali atas keuangan pribadi, sementara 90% menyatakan ingin lebih baik lagi dalam mengelola keuangannya.
Pandemi ini, dinilai telah menjadi katalis bagi pertumbuhan perbankan digital, dengan lebih dari setengah responden di dunia kini lebih banyak menggunakan layanan-layanan daring, khususnya di pasar dengan pertumbuhan cepat.
"Bank memiliki peranan untuk membantu orang mengelola uang mereka dan menyediakan alat yang membuat layanan perbankan menjadi lebih mudah sehingga mereka dapat fokus melangkah menuju pemulihan," kata Andrew Chia, CEO SCB Indonesia.