Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Permintaan Kredit Sindikasi Tahun Ini Diprediksi Tak Besar

Penyaluran kredit sindikasi pada semester I/2020 ini mengalami penurunan seiring dengan adanya pandemi dan tren pasar sindikasi global yang melandai.  
Karyawan menghitung uang pecahan Rp100.000 disalah satu kantor cabang milik PT Bank Mandiri (Persero) Tbk yang ada di Jakarta, Senin (7/10). Bisnis/Nurul Hidayat
Karyawan menghitung uang pecahan Rp100.000 disalah satu kantor cabang milik PT Bank Mandiri (Persero) Tbk yang ada di Jakarta, Senin (7/10). Bisnis/Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA – Permintaan kredit sindikasi pada tahun ini diproyeksi tidak akan sebesar tahun lalu. Namun, perbankan tetap berupaya menyalurkan kredit sindikasi yang dinilai menguntungkan di tengah pandemi karena mampu meminimalisir risiko.

Direktur Corporate Banking Bank Mandiri Alexandra Askandar mengakui penyaluran kredit sindikasi pada semester I/2020 ini mengalami penurunan seiring dengan adanya pandemi dan tren pasar sindikasi global yang mengalami penurunan.  

Alexandra mengutip data Refinitiv yang menyebutkan Volume Asia Pacific Syndicated Loan turun sebesar 17 persen menjadi US$195,7 miliar. Bahkan, realisasi tersebut menjadi yang terendah sepanjang delapan tahun terakhir.

Meskipun demikian, Bank Mandiri tetap melihat adanya tren positif terhadap kredit sindikasi di Indonesia. Laporan Refinitiv mencatat pada semester I/2020, Bank Mandiri telah melakukan bookrun deal hingga US$800 Juta.

Berdasarkan data Bloomberg, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. saat ini telah menyalip PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. yang pada periode semester I/2019 menjadi penyalur kredit sindikasi terbesar. Bank Mandiri meningkatkan pangsa pasar penyaluran kredit sindikasi hingga 13,4 persen menjadi 21,42 persen pada semester I/2020.

Total penyaluran kredit sindikasi Bank Mandiri selama semester I/2020 adalah senilai US$775 juta.

"Bank Mandiri terus berusaha untuk memberikan pelayanan termasuk dalam hal penyaluran kredit sindikasi. Ketika awal PSBB diberlakukan, Bank Mandiri merupakan satu-satunya bank di Indonesia yang melakukan launching deal dalam market sindikasi," katanya kepada Bisnis, akhir pekan lalu.

Menurutnya, terdapat beberapa pipeline kredit sindikasi Bank Mandiri yang saat ini sedang dalam proses, yakni mulai dari tahap awal hingga beberapa dalam proses closing atau dokumentasi. Beberapa pipeline baru saat ini sebagian besar berasal dari sektor telekomunikasi, pertambangan, infrastruktur, perkebunan, properti, dan barang konsumsi.

Sementara itu, realisasi penyaluran kredit sindikasi Bank Mandiri pada semester I/2020 berada pada sektor barang konsumsi, infrastruktur, dan pertambangan.

"Kami melihat bahwa akan ada beberapa deal yang akan keluar di pasar sindikasi Indonesia dalam waktu dekat," katanya.

Data Bloomberg juga memperlihatkan penurunan penyaluran kredit sindikasi yang dilakukan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Pangsa pasar penyaluran kredit sindikasi Bank BNI adalah sebesar 12,55 persen atau turun 1,57 persen dari posisi semester I/2019.

Hal tersebut menjadikan Bank BNI menempati posisi kedua dalam penyaluran kredit sindikasi pada semester I/2020 dengan nilai US$545 juta.

Direktur Bisnis Korporasi BNI Benny Yoslim mengatakan, di tengah pandemi Covid-19, peluang sindikasi masih tetap ada. Namun, kemungkinan tidak sebanyak seperti tahun sebelumnya. Saat ini, badan usaha milik negara maupun swasta masih wait and see sekaligus membenahi sisi keuangan.

Di sisi lain, perbankan juga masih fokus pada upaya restrukturisasi ataupun relaksasi kredit terdampak Covid-19. Kondisi ini membuat BNI ekstra hati-hati dalam melakukan penyaluran kredit sindikasi.

Hanya saja, bila dibandingkan dengan kredit lainnya, pembiayaan sindikasi menjadi pilihan bagi bank saat ini karena memitigasi risiko.

"Untuk saat ini dengan konsep untuk mitigasi risiko maka kami lebih prioritas untuk dilakukan secara sindikasi," katanya.

Ketua Bidang Pengkajian dan Pengembangan Perbanas Aviliani menilai secara umum permintaan kredit baru akan tumbuh mulai Oktober 2020. Saat ini perusahaan tidak bisa dipaksa untuk melakukan pinjaman karena akan memperbesar risiko yang harus ditanggung bank jika terjadi gagal bayar.

Bahkan, adanya penjaminan kredit dari pemerintah, dinilai belum akan mendorong permintaan kredit. Perusahaan masih akan memanfaatkan kredit lama mereka. Apalagi saat ini sejumlah proyek infrastruktur juga belum berjalan optimal.

"Saat ini kredit sindikasi yang tumbuh merupakan yang baru dicarikan, kalau baru rasanya belum ada, karena anggaran infrastruktur pemerintah kan sudah lari ke tempat lain karena Covid-19," katanya.

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper