Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Turunnya Laba Tak Jadi Sentimen Negatif, Saham BBRI Malah Paling Diburu Hari Ini

Dalam perdagangan hari ini, harga BBRI ini ditutup di level Rp3.560, masih terapresiasi 1,14% dibandingkan dengan penutupan pada hari sebelumnya. Harga saham BBRI mengalami kenaikan secara bertahap pada perdagangan pertama dan kedua.
Nasabah bertransaksi melalui mesin ATM di galeri e-banking Bank BRI, di Jakarta, Selasa (12/9)./JIBI-Dwi Prasetya
Nasabah bertransaksi melalui mesin ATM di galeri e-banking Bank BRI, di Jakarta, Selasa (12/9)./JIBI-Dwi Prasetya

Bisnis.com, JAKARTA - Investor saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. masih optimistis terhadap prospek kinerja perseroan di waktu yang akan datang.

Hal tersebut tercermin dari respons pasar terhadap kinerja keuangan emiten berkode saham BBRI yang dirilis pada Rabu (19/8/2020). Dalam perdagangan hari ini, harga BBRI ini ditutup di level Rp3.560, masih terapresiasi 1,14% dibandingkan dengan penutupan pada hari sebelumnya. Harga saham BBRI mengalami kenaikan secara bertahap pada perdagangan pertama dan kedua.

Bahkan, BBRI tercatat sebagai saham yang paling diburu investor asing. Berdasarkan data yang dihimpun Bisnis, investor asing mencetak aksi beli bersih atau net foreign buy atas saham BRI sebesar Rp236 miliar. Saham BRI juga menempati urutan teratas dalam hal volume saham yang diburu asing dengan net sebanyak 114,86 juta lembar.

Dalam paparan kinerja pada Rabu pagi, BRI mengumumkan sepanjang semester I/2020 berhasil membukukan laba sebesar Rp10,2 triliun. Perolehan ini turun 36,88 persen bila dibandingkan dengan Rp16,16 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Direktur Utama BRI Sunarso menyatakan perseroan bersikap lebih realistis dalam memperkirakan kinerja pada tahun ini seiring dengan strategi perseroan pada penyelamatan dan pemulihan usaha mikro kecil menengah.

Bahkan, menurutnya, perseroan pun akan sulit untuk mengimbangi kinerja laba pada tahun lalu sebab untuk mencetak laba bersih sebesar Rp20 triliun juga akan sulit dilakukan sampai akhir tahun.

Sunarso menjelaskan, selama paruh pertama tahun ini, BRI hanya mampu mencetak laba Rp10 triliun, seiring dengan pendapatan bunga bersih yang terpangkas akibat program restrukturisasi kredit yang terdampak pandemi Covid-19.

Pada paruh kedua tahun ini, tekanan pada pembentukan laba diperkirakan masih akan berlanjut. Pasalny, BBRI ini akan mengambil langkah konservatif dalam peningkatan pencadangan mengingat kondisi perekonomian yang masih penuh ketidakpastian.

“Proyeksi laba tetap turun, kalau selama satu semester ini bisa mencapai Rp10 triliun, nanti apakah dua semester jadi Rp20 triliun? Ya tidak juga. Kami masih perlu membuat pencadangan. Namun kami ini lagi berbicara sama OJK (terkait revisi bisnis bank), nanti kami informasikan lebih lanjut,” katanya, Rabu (19/8/2020).

Lebih lanjut, dia mengatakan penurunan laba juga diakibatkan fungsi intermediasi yang memang tidak terlalu agresif. Namun, pertumbuhan kredit BRI diperkirakan masih akan bertahan di kisaran 4% hingga 5% sampai akhir tahun ini.

Perseroan masih optimistis memanfaatkan permintaan kredit tambahan modal kerja dari para pelaku UMKM sekaligus ekspansi kredit dari insentif yang telah diberikan pemerintah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : M. Richard
Editor : Ropesta Sitorus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper